A. Definisi
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada
membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak
didalamnya.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-
lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis / kumpulan tanda
dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan pada
peritonitis yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis
adalah suatu respon inflamasi atau
supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi
bakteri.
Peritoneum adalah mesoderm lamina
lateralis yang bersifat epitelial. Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding
dari sepasang rongga yaitu coelm. Diantara kedua rongga terdapat entoderm yang
merupakan dinding enteron. Enteron di daerah abdomen menjadi usus. Kedua rongga
mesoderm, dorsal, dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut
menjadi peritonium.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3,
yaitu :
1. Lembaran
yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa)
2. Lembaran
yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis
3. Lembaran
yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis
Peritonitis
dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, para metritis yang
meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung
sewaktu tindakan perabdominal.
Peritonitis
adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di
dalam uterus langsung mencapai peritoneum.
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi
dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut yang tidak
tertangani dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan
abses peritoneal melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan
perbaikan pada faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif
untuk mencegah komplikasi sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ.
Infeksi peritoneal dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
bentuk primer (i.e. spontan),
b.
sekunder (i.e. terkait proses patologi pada organ visceral),
c.
tertier (i.e. infeksi persisten atau recurrent setelah terapi inisial).
d.
Sedangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadi :
e.
generalized (peritonitis),
f.
localized (abses intra abdomen).
Peritonitis
nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik.
B . Etiologi
Bila
ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis
spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organviseral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang
adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis
infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi
peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Penyebab utama
peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen,
namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati
kronik. Kira - kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis
dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis
bakterial.
Peritonitis
primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar getah bening
ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari semua
kasus peritonitis primer.
Jenis yang lebih umum dari
peritonitis, yang disebut peritonitis sekunder, disebabkan infeksi ketika
datang ke peritoneum dari gastrointestinal
atau saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam
kehidupan jika tidak dirawat dengan cepat.
Penyebab peritonitis sekunder paling
sering adalah perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus
duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis,
volvulus, kanker serta strangulasi kolon asenden (usus halus).
Penyebab iatrogenik umumnya bersal
dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pankreas, saluran empedu dan
kolon juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor
(dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis. Sesudah
operasi, abdomen efektif untuk etiologi non infeksi, insiden peritonitis
sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %. Operasi
untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis)
tanpa perforasi beresiko kurang dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses
peritoneal. Resiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi
dengan adanya terlibatan duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi
peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang pasif.
Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu
meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin.
c. Patofisiologis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui
pembuluh limpe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan
peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua ligamentum latum dan
menyebabkan parametritis (Sellulisis Pelvika).
Peritonitis mungkin terbatas pada
rongga pelvis saja (pelvio peritonilis). Peritonilis umum merupakan komplikasi
yang berbahaya dan mrupakan sepertiga dari sebab kematian infeksi.
Patofisiologis :
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat
terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1.
Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang
terinfeksi atau endometritis.
2.
Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas
sampai ke dasar ligamentum.
3.
Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses
ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum/menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan.
d.
Tanda dan
gejala
·
Nyeri seluruh perut spontan maupun pada palpasi
·
Demam menggigil
·
Pols tinggi, kecil
·
Perut gembung tapi kadang-kadang ada diarrhoea
·
Muntah
·
Pasien gelisah, mata cekung
·
Pembengkakan dan nyeri di perut
·
Demam dan menggigil
·
Kehilangan nafsu makan
·
Haus
·
Mual dan muntah
·
Urin terbatas
·
Bisa terdapat pembentukan abses.
·
Sebelum mati ada delirium dan coma
Peritonitis
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis tanda dan
gejalanya ; demam, Perut bawah nyeri, keadaan umum tetap baik, pada
pelvioperonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul
dalam kavum douglas harus dikeluarkan, ibu dengan peronitis dapat mengalami
gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik
dengan syok sepsis. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses.
Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan
kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung
kencing.
Diagnosis
peritonitis ditegakan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan
nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneun visceral) yang
makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis
relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis
bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi, nyeri
abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai
sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekainsme antisipasi
penderita secara tidak sadar utnuk menghindari palpasinya yang
meyakinakan/tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita
dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif
palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat,
penggunaan steroid, pascatranspalntasi, atau hiv), penderita dengan penurunan
kesadaran (misalnya trauma cranial, enselofati toksik, syok sepsis, atau
penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.
Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
e. Prognosis
Yang paling dapat dipercayai untuk
membuat prognosa ialah nadi ; jika nadi tetap di bawah 100 maka prognosa baik,
sebaliknya kalau nadi di atas 130, apalagi kalau tidak ikut turun dengan
turunnya suhu prognosanya kurang baik.
Demam yang continou adalah lebih
buruk prognosanya dari demam yang remittens. Demam menggigil berulang-ulang,
insomnia dan icterus, merupakan tanda-tanda yang kurang baik.
Kadar Hb yang rendah dan jumlah
leucocyt yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan
dengan pembiakan menentukan prognosa.
Menurut derajatnya septicemia
merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera
diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis
bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai.
F. Implikasi
Dampak yang dapat terjadi pada ibu yang mengalami
peritonitis, diantaranya ;
1.
Adanya penumpukan cairan mengakibatkan
penurunan tekanan vena sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan
hipovolemik, syok dan gagal ginjal.
2.
Abses peritoneal
3.
Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas.
4.
Sepsis
g.
Penatalaksanaan
1.
Pencegahan
Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan
predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya.
Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya
dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi
sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam
persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,
terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka
dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga
agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan
tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam
nifas sehat.
2.
Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang
sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Adanya antibiotika sangat
merubah prognosa infeksi puerperalis dan pengobatan dengan obat-obat lain
merupakan usaha yang terpenting.
Dalam memilih satu antibiotik untuk
mengobati infeksi, terutama infeksi yang berat harus menyandarkan diri atas
hasil test sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil menunggu hasil test
tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik supaya tidak
membuang waktu dalam keadaan yang begitu gawat.
Pada saat yang sekarang peniciline G
atau peniciline setengah syntesis (ampisilin) merupakan pilihan yang paling
tepat karena peniciline bersifat baktericide (bukan bakteriostatis) dan
bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan peniciline G sebanyak 5 juta S tiap 4 jam
jadi 20 juta S setiap hari. Dapat diberikan sebagai iv atau infus pendek selama
5-10 menit.
Dapat
juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau im. Staphylococ yang peniciline
resisten, tahan terhadap penicilin karena mengeluarkan penicilinase ialah
oxacilin, dicloxacilin dan melbiciline.
Di
samping pemberian antibiotic dalam pengobatannya masih diperlukan tindakan
khusus untuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
Karena
peritonitis
berpotensi mengancam kehidupan. Penderita disarankan mendapat perawatan di
rumah sakit.
Secara
jelas, penatalaksanaan pada peritonitis yaitu ;
1.
Bila peritonitis meluas dan
pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan
oral dihindari dan diberikan cairan vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer
Laktat untuk mengganti elektrolit dan
kehilangan protein. Lakukan nasogastric suction melalui hidung ke dalam usus
untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2.
Berikan antibiotika sehingga bebas panas
selama 24 jam:
·
Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam,
ditambah gantamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500 mg IV setiap 8 jam
·
Antibiotik harus
diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri
Abot Miller tube.
3.
Pasien biasanya
diberi sedative untuk menghilangkan rasa nyeri. Minuman dan makanan per os baru
di berikan setelah ada platus.
4.
Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien
membaik, drainase bedah dan perbaikan dapat diupayakan.
5.
Pembedahan
atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan
mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
Hampir
semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi
eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan :
·
Pada pemeriksaan
fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan terutama jika meluas,
distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia progresif),
tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi,
memburuknya pasien saat ditangani).
·
Pada pemeriksaan
radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, extravasasi bahan
kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
·
Pemeriksaan endoskopi
didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran cerna yang tidak
teratasi.
·
Pemeriksaan
laboratorium.
Pembedahan
dilakukan bertujuan untuk :
·
Mengeliminasi sumber
infeksi.
·
Mengurangi
kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
·
Pencegahan infeksi
intra abdomen berkelanjutan.
Therapi (Instruksi Dokter) dan asuhan(dikerjakan
bidan) yang diberikan antara lain:
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus
utama. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau
masker akan meningkatkan okesigenasi secara adekuat, tetapi kadang- kadang
inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.Tetapi medikamentosa non-
operatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal,
terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi respon peradangan.
Jika
pasien harus dilakukan operasi maka, asuhan keperawatan/kebidanan selama masa
pra, intra, post operatif maka tindakan bidan atau perawat harus memahami
tahapan- tahapan yang dilakukan pada seorang pasien, tahapan tersebut, mencakup
tiga fase yaitu :
a)
Fase pra-operatif
dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi
bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring ke meja operasi. Lingkup
aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian
data dasar pasien yang datang di klinik, rumah sakit atau di rumah, menjalani
wawancara pra-operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan
pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga
melakukan pengkajian pasien pra-operatif ditempat ruang operasi
b)
Fase intra-operatif
dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi melalui intervena
sesuai Instruksi Dokter, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahandan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh,
aktivitas keperawatan terbatas hanya pada
menggemban tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam
peranannya sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien
diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip- prinsip dasar kesejajaran tubuh
c)
Fase pasca-operatif
dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup
rentang aktivitas yang luas selama periode ini . Pada fase pasca-operatif
langsung, fokus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau fungsi
vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang
berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih
detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan proses keperawatan
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.
h.
Asuhan
Kebidanan Pada Peritonitis
Sebagai seorang bidan harus dapat
mendeteksi dini komplikasi yang di alami oleh pasien dengan cara mengetahui
tanda dan gejala pada peritonitis, sehingga seorang bidan dapat menentukan
tindakan yang akan dilakukannya secara tepat. Adapun asuhan yang diberikan oleh
bidan, diantaranya ;
¨ Komunikasi kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu
¨ Merencanakan
upaya rujukan ke RS dengan alasan:
·
Ibu memerlukan penanganan & pemantauan khusus dari
tim ahli
¨ Memberikan
dukungan psikologis
¨ Sebelum
melakukan rujukan, berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
·
Ampisilin 2g IV, kemudian 1g setiap 6 jam,
ditambah gantamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500 mg IV setiap 8 jam
·
Antibiotik harus
diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri
Abot Miller tube.
¨ Bila
peritonitis meluas maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan
vena yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat
untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein (selama dilakukan rujukan)
Selain itu, bidan melakukan
pendidikan kesehatan mengenai hal yang berhubungan dengan masalah tersebut.
0 komentar :
Posting Komentar