1.
Endometriosis
a.
Definisi
Endometriosis
adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat cavum uteri ( Sarwono, 2005) .
Endometriosis adalah suatu penyakit
dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal
dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Endometriosis dikatakan terkait
dengan estrogen sebab perkembangan dan simtoma yang ditimbulkan akan hilang
seiring datangnya menopause, oleh karena itu perawatan paling
umum bagi penderita radang ini adalah penggunaan terapi hormonal yang
menginduksi kondisi hipoestrogenik. Estrogen merupakan kelompok hormon steroid yang disekresi ovarium setelah distimulasi oleh FSH dan/atau LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih lanjut sekresi FSH dan LH
dihambat oleh hormon GnRH yang disekresi oleh hipotalamus.
Biasanya
endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut.
Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung
telur)
dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada
lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih,vagina, vulva, serviks, kelenjar
limfe, umbilikus, luka lapataromi.
Endometriosis
bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak
perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya
endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada
usia di atas 30 tahun dan kulit putih.
Endometriosis
diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita
subur
yang berusia 25-44 tahun, 25-50% wanita
mandul
dan bisa juga terjadi pada usia remaja. Endometriosis yang berat bisa
menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim. Insiden endometriosis sulit dipastikan, karena
pada banyak kejadian kejadian ini baru ditemukan pada laparoskopi ketika pasien
mengeluh infertilitas atau nyeri abdomen yang samar-samar.
b.
Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
- Teori menstruasi regurgitasi trans tubal ( sampson ).
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk kedalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
- Teori Celomic Metaplasia Doctrine
Secara
embriologis epitel germinal dan peritoneum pelvis berasal dari epitel coelom.
Oleh karena suatu perubahan yang abnormal jaringan-jaringan tersebut berubah
menjadi jaringan yang menyerupai endometrium.
- Teori Dissminasi Limfatik
Jaringan endometrium
masuk kedalam sistem limfatik dari uterus pada waktu haid, kemudian menyebar ke
daerah panggul
4. Hematogen
Untuk keadaan
endometriosis masuk kedalam sistem limfatik yang tidak dapat diterangkan dengan
teori-teori yang sebelumnya.
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.
Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium kedalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada:
Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis
Siklus menstuasi 27 hari atau kurang
Menarche (menstruasi yang
pertama) terjadi lebih awal
Menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
c.
Patofisiologi
Dimanapun
lokasinya, endometrium ektopik, dikelilingi stroma, mengadakan implantasi dan
membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen dan progesteron
secara siklik, sama yang terjadi didalam endometrium uteri. Selama menstruasi
terjadi perdarahan didalam kista. Darah, jaringan endometrium dan cairan
jaringan terperangkap dalam kista tersebut. Pada siklus berikutnya, cairan
jaringan dan plasma darah diabsorpsi sehingga meninggalkan darah kental
berwarna gelap.
Siklus ini terjadi berulang setiap
bulan dan lambat laun kista membesar berisikan darah kental berwarna coklat
seperti ter. Ukuran maksimal kista bervariasi menurut tempat lokasinya. Kista
kecil mungkin tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi lesi fibrotik
kecil. Kista ovarium (endometriomata) cenderung lebih besar daripada kista yang lain namun tidak akan lebih
besar dari ukuran jeruk sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungkin
merusak dinding endometrium yang aktif, sehingga kista tidak berfungsi lagi.
d.
Tanda dan gejala
o Nyeri di perut bagian bawah dan di
daerah panggul
Nyeri kram abdomen bawah yang khas mulai pada premenstruasi,
mencapai puncak beberapa hari terakhir menstruasi dan lambat laun menghilang.
Gejala ini sering disebut sebagai ‘dismenore didapat’. Jika kista
endometriumnya besar dan terdapat perlengketan , atau jika lesinya melibatkan
peritonium usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atu pelvis yang
konstan dengan intensitas yang berbeda-beda.
o Gangguan menstruasi
Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita penderita.
Pasien mungkin mengeluhkan ‘bercak merah’ atau spooting premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi
menstruasi yang lebih sering.
o Kemandulan
Kelainan ini apakah bisa menyebabkan infertil masih
diperdebatkan, kecuali lesinya sangat berat dan menimbulkan distorsi anatomi.
Endometriosis biasnya tidak diduga sampai dilakukan laparoskopi untuk
menyelidiki infertilitas. Endometriosis ringan yang disertai dengan
infertilitas diobati dengan hormon oleh beberapa spesialis, tetapi tidak oleh
spesialis lain. Pada tahun 1992 beberapa ahli dari Eropa menyimpulkan tidak ada
data yang dapat dipercaya dan mendukung pengobatan endometriosis ringan dengan
obat-obatan.
o Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan
seksual).
Jika lesi endometrium mengenai
cul de sac, terutama jika uterusnya retroversi dan terfiksir karena
perlengketan, pasien dapat mengeluh dispareunia dalam penetrasi penis yang
dalam.
o Sakit ketika buang air besar
Sakit ketika defekasi terjadi bila lesi kista mengenai
peritoneum usus.
Jaringan endometrium yang melekat
pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri
ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri
perut bagian bawah ketika berkemih.
Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma).
Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.
.
Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma).
Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.
.
e.
Diagnosis
Diagnosis
biasanya dibuat berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, dipastikan dengan
laparoskopi. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika Cavum Doglas ikut serta
dalam Endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti
forniks vaginae posterior, perineum, parut laparotomi, dan sebagainya, biopsi
dapat memberi kepastian mengenai dignosis. Pemeriksaan laboratorium pada
endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam
tinja atau ada darah dalam air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk
tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing.
Sigmoidoskopi dan sistoskopi dapat memperhatikan perdarahan pada waktu haid.
Pembuatan foto rontgen dengan memasukan barium pada kolom dapat memberi
gambaran dengan filling defect pada rectosigmoid dengan batas – batas yang
jelas dan mukosa yang utuh. Laparoskopi merupakan pemeriksaan yang sangat
berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan di pelvis. Untuk
menentukan berat ringan endometriosis digunakan klasifikasi dari American Fertility Society.
f.
Pencegahan
Meigs
berpendapat bahwa kehamilan adalah salah satu pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah endometriosis. Gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang –
sarang endometriosis. Oleh karena itu perkawinan disarankan untuk dilakukan
segera dan segera merencanakan kehamilan dalam waktu yang diinginkan tanpa
menunda – nunda. Sikap demikian bukan hanya profilaksis yang baik terhadap endometriosis
tetapi juga mencegah infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu
jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid
karena akan menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke rongga panggul.
g.
Penatalaksanaan
secara medis
Penatalaksanaan
endometriosis
|
||
Ciri-ciri
stadium
|
diagnosis
|
pengobatan
|
I minimal dan II
ringan: Nodul-nodul kecil pada bagian
permukaan tanpa jaringan parut atau perlengketan perituba
|
Hanya dengan
laparoskopi pada pemeriksaan infertilitas
|
Paling sering
dilakukan elektokauter atau laser CO2 terhadap lesi
Jangan
memberika hormon
|
III
sedang :
Lesi kecil yang
tersebar dipermukaan dengan jaringan parut , sedikit perlengketan
|
Sering bergejala
tetapi diperlukan konfirmasi dengan laparoskopi
|
Elektrokauter
Hormon
Pembedahan
konservatif jika pengobatan hormon tidak berhasil
|
IV
berat :
Endometriomata
ovarium > 2.5 cm, perlengketan yang nyata pada ovarium
|
Didapati gejala dan
tanda dan dikonfirmasi dengan laparoskopi
|
Pembedahan
konservatif
Hormon
Histerektomi
san salfingo-ooforektoomi
|
V
sangat berat :
Stadium III plus
keterlibatan usus, bladder dan lain-lain
|
Laparotomi
Barium enema
IVP
|
Pembedahan
Hormon,
jika pembedahan tidak sempurna
|
Pembedahan secara medis
Pada endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan pembedahan. Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang sering kali dilakukan pada prosedur laparoskopi. Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut:
·
Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8-5 cm
- Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
- Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
- Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
- Untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser. Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena endometriosis sering berulang.
- Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi.
- Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
Pilihan pengobatan
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat
|
Efeksamping
|
Kontrasepsi oral nonsiklik
|
Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
|
Progestin
|
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrofika
|
Danazole
|
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina
kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
|
Agonis GnRH
|
Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
|
Terapi hormon dan laparoskopi tidak dapat menyembuhkan
endometriosis. Namun,
perawatan ini dapat membantu meringankan beberapa atau semua gejala pada banyak wanita selama bertahun-tahun. Pengangkatan rahim (uterus), saluran telur, dan kedua ovarium (histerektomi)
memberikan kesempatan terbaik untuk penyembuhan.
Radiasi
Pengobatan ini yang bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali ada kontraindikasi terhadap pembedahan.
2.
Myometritis
atau Metritis
a.
Pengertian
Myometritis / Metritis adalah radang miometrium.
Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak
berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala
dan terapinya seperti endometritis. Penyakit ini tidak berdiri merupakan bagian dari infeksi
yang lebih luas. Pada penyakit metritis menunjukkaan reaksi radang berupa
pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan
limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Miometritis atau metritis ini dibagi menjadi 2 klasifikasi, diantaranya :
·
Metritis Akuta
Metritis akut biasanya
terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak
berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas
yaitu merupakan lanjutan dari endometriosis.
Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel
radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan
kadang – kadang dapat terjadi abses.
·
Metritis Kronik
Metritis Kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus yang
lebih besar dari biasanya, sakit pinggang dan leukore.
Akan tetapi pembesaran
uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat kehamilan, sedang gejala – gejala yang
lain mungkin mempunyai sebab lain. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses, peritonitis,
Syok septik,
infeksi pelvik
yang menahun, penyumbatan tuba, dyspareunia, emboli pulmonal dan infertilitas. Metritis kronika sering ditemukan pada Tuberkulosis,
tertinggal sisa abortus atau partus, terdapat korpus alineum di kavum uteri,
polip uterus dengan infeksi,
tumor ganas uterus, pada salfingo-oofritis dan sellulitis pelvik.
b.
Etiologi
Miometritis atau metris ini adalah kelanjutan dari
endometritis yang penyebarannya secara cepat dan tidak segera ditangani.
Penyebab yang sering menimbulkan peradangan ini adalah infeksi. Radang uterus
yang akuta biasanya diakibatkan oleh infeksi gonorea atau akibat infeksi pada
post abortus dan postpartum. Selain itu alat – alat yang digunakan pada saat
melakukan abortus atau partus tidak diperhatikan pencegahan infeksinya yang
lalu digunakan pada saat abortus atau partus.
Sebab lain selain terjadinya infeksi adalah
pengerokan, memasukan radium kedalam uterus, IUD dan sebagainya. Tergantung
dari virulensi kuman yang masuk ke uterus.
c.
Patofisiologi
Saat proses abortus atau partus tidak diperhatikan
cara pencegahan infeksi secara langsung mikroorganisme yang merugikan
didistribusikan ke dalam uterus yang dapat menyebabkan infeksi lebih lanjut
jika tidak ditangani. Endometriumlah yang pertama akan terinfeksi dan penangan
tidak segeralah yang menjadi penyebab penyebaran infeksi tersebut. Bagian otot
uteruslah yang selanjutnya terinfeksi melalui jalan limfe atau tromboflebitis
dan kadang dapat jadi abses.
d.
Tanda dan gejala
Gejala
metritis sama dengan gejala yang muncul pada Endometritis :
a. Miometritis
Akuta :
·
Demam
·
Lochia berbau : pada miometritis postabortum kadang – kadang
keluar flour yang purulent
·
Lochia mengeluarkan
darah yang lama dan mungkin menjadi metrorahagia
·
Jika radang tidak menjalar
ke perimetrium atau parametrium tidak ada nyeri.
b. Miometritis
Kronika :
·
Flour albus yang keluar
dari ostium
·
Kelainan haid seperti
merorhagia dan menorhagia.
e.
Diagnosis
Pada
metritis diagnosa hanya dapat dibuat secara Patologi Anatomis
f.
Pencegahan
Cara pencegahan terjadinya miometritis adalah setiap tindakan medis yang berhubungan dengan alat reproduksi terutama alat reproduksi interna. Dengan memperhatikan pencegahan infeksi setidaknya mengurangi tranmisi kuman dan juga perawatan setelah dilakukan tindakan medis agar tidak terjadi infeksi.
Tetapi jika sudah terinfeksi segera kenali gejala yang ada dan tangani secara dini dengan prinsip mencegah penyebaran yang meluas. Karena peradangan uterus
meluas dengan cepat akan menimbulkan komplikasi kejaringan sekitar. Diantaranya :
a. Parametritis
( infeksi sekitar rahim )
b. Salpingitis
( infeksi saluran otot )
c. Ooforitis
( infeksi indung telur )
d. Pembentukan
nanah sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, 407)
g.
Penatalaksanaan
a. Menjelaskan
tentang kemungkinan penyakit yang diderita.
b. Memberikan
dukungan emosional kepada pasien agar pasien tenang dan dapat menerima dengan
ikhlas segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.
c. Memberikan
tablet penambah darah untuk memperbaiki kadar haemoglobinnya.
d. Meminta
persetujuan pasien dan keluarga untuk dilakukannya rujukan.
e. Menemina
ibu saat rujukan.
f. Istirahat
posisi powler.
g. Antibiotika
spektrum luas:
-
Ampisilin 2 g iv / 6
jam
-
Gentamisin 5 mg kg / BB
-
Metronidasol 500 mg iv
/ 8 jam
Lanjutkan antibiotik
ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam
h. Memberikan
uterotonika (bila dibutuhkan)
i.
Berikan transfusi darah
Packed Red Cell ( bila dibutuhkan )
j.
Profilaksi Antitetanus
( terapi pertimbangan)
k. Bila
dicurigai ada sisa plasenta, lakukan pengeluaran baik secara digital atau kuret
yang lebar.
l.
Bila terdapat pus
lakukan drainase
m. Bila
tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis
generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus.bila pada evaluasi uterus
nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
Prinsip penatalaksanaan yang
mendasar adalah cegah terjadinya perluasan radang kejaringan lainnya dan lakukan pengobatan yang adekuat
agar tidak terjadi abses pelvik, peritonititis,
syok septik,
thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal,
infeksi pelvik
yang menahun, dyspareunia , penyumbatan tuba dan infertilitas.
0 komentar :
Posting Komentar