BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi,
komunikasi melalui bahasa memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Bahasa memungkinkan tiap
orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta
latarbelakngnya masing-masing. Selain itu, bahasa berfungsi sebagai alat untuk
mengadakan integrasi, adaptasi sosial dan kontrol sosial.
Untuk memperoleh bahasa
nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan
penuh dengan tantangan. Kita harus bangga
dengan bahasa Indonesia, bahkan tanpa bahasa nasional itu, kemerdekaan tidak
akan tercapai dan persatuan bangsa tidak akan tergalang. Oleh karena itu, untuk
memahami perkembangan bahasa Indonesia, maka dalam makalah ini akan membahas
tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia tersebut.
b.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang menyebabkan bahasa melayu di pilih sebagai
bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia pada
zaman pra kemerdekaan ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia pada
zaman kemerdekaan ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan
bahasa Indonesia pada zaman reformasi ?
5. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia ?
c.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Tujuan
umum dari penulisan ini adalah mengetahui secara mendalam materi sejarah
perkembangan bahasa Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui apa
yang menyebabkan bahasa melayu di pilih sebagai bahasa Indonesia.
b.
Untuk mengetahui
sejarah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan.
c.
Untuk mengetahui
sejarah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan.
d.
Untuk mengetahui sejarah
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi.
e.
Untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
D. Manfaat
Penulisan
Diharapkan
kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami
tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
E. Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.
F. Sistematika
Penulisan
Makalah ini dibagi menjadi tiga bab dan disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN terdiri dari beberapa sub-bab, yaitu latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI yang membahas bahasa melayu sebagai bahasa Indonesia, sejarah
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman pra kemerdekaan, sejarah perkembangan
bahasa Indonesia pada zaman kemerdekaan, perkembangan bahasa Indonesia dan sejarah
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman reformasi .
BAB
III PENUTUP berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Bahasa
melayu sebagai Bahasa Indonesia
Di Indonesia, bahasa melayu diperkirakan dipakai hanya
oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai diseberang
Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itu pemilihan bahasa jawa akan
selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.
Ada empat faktor yang menyebabkan
Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:
- Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca (bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan) di Indonesia.
- Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). Bahasa melayu lebih diterima dari pada bahasa jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal, seperti diketahui, bahasa jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan bahkan beberapa yang bersifat gramatikal.
- Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
- Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Bahasa melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.
b. Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan
1).
Masa Pra-1928
Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi begitu saja,
tetapi melalui beberapa tahapan proses dan sebagaimana layaknya proses,
penerimaan itu memerlukan waktu lama.
Bahasa Melayu
merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal
bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan
(Budha) dengan menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.
Berdasarkan catatan
sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun,
juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa
dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan tinggi
“Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa
penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku keagaaman yang diterjemahkan ke
bahasa Melayu oleh I Tsing.
Bukti lain adalah
dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan bahasa Melayu.
Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
a)
Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
b)
Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
c)
Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
d)
Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
e)
Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
f)
Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.
Masuknya agama
Islam ke kepulauan nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu semakin penting.
Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi.
Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam
bahasa Melayu.
Abad XVIII,
bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan
lembaga pendidikan, pemerintah Belanda mengalami kegagalan sehingga
menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi:
“…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa Melayu.”
Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan
ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini
disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan Makmoer
dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1.
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
2.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3.
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.
Perkembangan bahasa
Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia
yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa
Melayu sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini
dianggap penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam mencapai
persatuan dan kesatuan dalam rangka bernasional.
Pada tahun 1908
Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian
pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku
novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam,
penuntun memelihara kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
Dalam Kongres II
Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan
antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan
surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.
Sebagai puncak
keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada tanggal 28
Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong.
Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar
Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu berisi:
(1) Kami putera dan puteri Indonesia,
mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia;
(2) Kami putera dan puteri Indonesia,
mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia;
(3) Kami putera dan puteri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
2).
Masa Pasca-1928
Ikrar Sumpah Pemuda
menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia. Perkembangan
berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933.
Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir
Hamzah. Angkatan ini tampil dengan tema : “Pembinaan bahasa dan
kesusastraan Indonesia.”
Pada masa itu
terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah (Belanda),
berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah pakar bahasa
Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan
di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah pakar yang ikut
ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain: K. St Pamoentjak; Ki Hadjar
Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka;
Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr. Amir
Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata
bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan
bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti
pula sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap
terhadap bahasa Indonesia.
Pada masa Jepang
berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping bahasa Jepang dan
pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat menggembirakan
bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka bangkitnya. Hal ini terlihat dari
munculnya sebuah Angkatan kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus,
Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai Angkatan 45.
Pada tanggal 20
Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh Jepang. Tugas komisi ini
adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta kosa kata umum bahasa
Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung
semakin mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.
c. Perkembangan
Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan
Bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Keesokan harinya yaitu
tanggal 18 Agustus ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pasal 36 bab XV
UUD ‘45 berbunyi: “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Ciri-ciri ejaan ini
yaitu:
a)
Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b)
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak,
rakjat, dsb.
c)
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2,
ke-barat2-an.
d)
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya.
Peristiwa-peristiwa
penting lainnya yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia pada zaman
kemerdekaan sampai sebelum masa reformasi antara lain:
1.
Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1954 salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan
sebagai bahasa negara.
2.
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia H. M. Soeharto,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui
pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57, tahun 1972.
3.
Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan
Nusantara).
4.
Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda
yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia.
5.
Kongres bahasa Indonesia IV yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
21-26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada
semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
6.
Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November
1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara
sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan
Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara,
yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
7.
Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2
November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53
peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman,
Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1953, Kamus Bahasa Indonesia muncul untuk pertama kalinya yang disusun oleh Poerwodarminta. Di kamus tersebut tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat penambahan 1.000 kata baru. Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa dalam Bahasa Indonesia. Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
Pada tahun 1980-an
ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat produk asing berupa
properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan, banyak istilah asing
masuk ke Indonesia. Istilah asing marak digunakan sehingga pemerintah menjadi
khawatir. Pada tahun 1995 terjadi pencanangan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Nama-nama gedung, perumahan dan pusat perbelanjaan yang berbau asing
diganti dengan nama yang berbahasa Indonesia.
d. Perkembangan
Bahasa Indonesia pada Zaman Reformasi
Kongres Bahasa
Indonesia VII yang diselenggarakan di Hotel Indonesia pada tanggal 26-30 Oktober 1998 merupakan awal
dari perkembangan bahasa Indonesia pada masa reformasi. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
Sampai tahun 2007,
Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata baru. Dengan demikian,
sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata umum telah
berjumlah 78.000.
Namun, kerancuan
penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era reformasi. Penggunaan bahasa asing
kembali marak dan bahasa Indonesia sempat terpinggirkan. Media massa baik cetak
maupun elektronik pada zaman reformasi menjadi salah satu pihak yang memiliki
andil dalam perkembangan bahasa Indonesia. Selain itu, saat ini bahasa
Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah bahasa Inggris
ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah bahasa
baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan
bahasa daerah. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya terjadi pada
generasi muda.
Saat ini penggunaan
bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar mengalami
maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa
Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa
Indonesia semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia
yang terdiri dari multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul
antara sesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa
persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua elemen bangsa dapat berkomunikasi
dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk kemajuan dalam bahasa
Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga memiliki
kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara
besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Banyak
yang menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain
seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa
Jerman, bahasa Mandarin dan bahasa lainnya.
e. Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkermbangan
bahasa Indonesia
1. Budi Otomo
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi
yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum
terpelajar bangsa Indonesia. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa
Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda
sebab bahasa Belanda merupakan syarat utama untuk melanjutkan pelajaran
menambang ilmu pengetahuan barat.
2. Sarikat Islam
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. Mula-mula
partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial
dan politik juga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif
dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak pernah mempergunakan bahasa
Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.
3. Balai Pustaka
Balai pustaka berdiri pada tahun 1908 dipimpin oleh
Dr. G.A.J. Hazue. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur,
pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan
buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka
terhadap perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan
sebagai berikut :
a. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang
bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
b. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk
membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
c. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan
masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami
oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
d. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki
bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan
yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang
bersusun baik dan terpelihara.
4. Sumpah Pemuda
Berlangsungnya kongres pemuda yang diselenggarakan
pada tahun 1928 di Jakarta tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan
politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda
mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan
bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan
bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa
yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu
dipilih sebagai bahasa Indonesia karena banyak alasan dan melalui proses yang
lama. Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan sejak zaman pra-kemerdekaan
sampai sekarang di zaman reformasi. Selain itu, dalam perkembangannya ada
peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa indonesia, seperti
Sarekat Islam, Budi Utomo, balai pustaka, sumpah pemuda.
b. Saran
Kita sebagai
generasi penerus bangsa harus mampu untuk melestarikan bahasa
Indonesia mulai dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
menanamkan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Muhsin. 1990. Sejarah dan Standarisasi Bahasa Indonesia. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Keraf, Gorys. 1971. Komposisi. Jakarta : Nusa Indah.
Yamilah,
M. 1994. Bahasa Indonesia untuk
Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
0 komentar :
Posting Komentar