About me

Senin, 26 Maret 2012

PMS


SEXUAL TRANSMITTED DISEASE (STD) / PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah.
Penyakit menular seksual juga dapat ditularkan melalui jarum suntik, kelahiran dan menyusui. Infeksi penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
Gejala-gejala PMS antara lain, keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir; pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual; luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak; tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin; kemerahan di sekitar alat kelamin; pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar; rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi; bercak darah setelah hubungan seksual; anus gatal atau iritasi; pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan; nyeri di paha atau perut lebih rendah; pendarahan pada vagina selain selama periode bulanan; nyeri atau pembengkakan testis; pembengkakan atau kemerahan dari vagina; serta nyeri seks.
Adapun faktor resiko penyakit menular seksual antara lain, seks tanpa pelindung, berganti-ganti pasangan, mulai aktif secara seksual pada usia dini, pengggunaan alcohol, penyalahgunaan obat, pemakaian jarum suntik bersama-sama secara bergantian, seks untuk uang/obat, hidup di masyarakat yang prevalensi pms-nya tinggi, monogami serial, sudah terkena suatu pms, dan cuma pakai pil kb untuk kontrasepsi.
Ada banyak jenis PMS yang telah ditemukan. Dan diantaranya yang paling sering ditemui dan berbahaya adalah Gonorea (GO), Herpes Genital, Sifilis (Raja Singa), Klamidia, Trikomoniasis Vaginalis, Kandidadis Vagina, Kutil Kelamin, HIV/AIDS, dan Hepatitis B (HBV).
Penanganan kasus PMS yang efektif ditujukan untuk mengobati dan mencegah terjadinya penyebaran/penularan, mengurangi dan mencegah perilaku beresiko tinggi mendatang, serta memastikan mitra seksual secara tepat. Hal ini dilakukan dengan cara diagnosis yang tepat, pengobatan yang efektif, pendidikan untuk mengurangi dan mencegah faktor resiko, dan pemakaian kondom.

TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Untuk mencegah seseorang (terutama para remaja) dari PMS, informasi yang tepat harus diberikan sejak dini. Informasi yang diperlukan tersebut dapat diperoleh melalui klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit swasta ataupun puskesmas. Jika seseorang telah mendapati gejala dari PMS, sebaiknya secepatnya memeriksakan diri ke dokter. Biasanya para dokter akan merahasiakan identitas pasiennya. Sesungguhnya ketakutan terhadap hal yang belum tentu kebenarannya akan membuat kondisi seseorang lebih parah. Dengan mengetahui dan memahami gejala PMS yang sebenarnya, penyembuhannya akan lebih mudah dilakukan. Dengan semakin banyak mengetahui dan memahami akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat, mahasiswa diharapkan dapat menjaga dirinya dari infeksi PMS. Selain itu, diharapkan akan muncul kesadaran bahwa apapun yang dilakukan pasti akan menimbulkan konsekuensi, baik positif maupun negatif, tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri terhadap pergaulan juga sesuatu yang harus dipertimbangkan. Mahasiswa seyogyanya memegang teguh ajaran agama dan norma yang telah tertanam dalam nuraninya dan masyarakat.

0 komentar :

Posting Komentar