SEXUAL
TRANSMITTED DISEASE (STD) / PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko
bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian.
Wanita lebih beresiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab
mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih
parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke
tahap lebih parah.
Penyakit
menular seksual
juga dapat ditularkan melalui jarum suntik, kelahiran dan menyusui. Infeksi
penyakit menular seksual telah diketahui selama ratusan tahun.
Gejala-gejala PMS antara lain, keluar cairan/keputihan yang
tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan
keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan.
Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir; pada pria, rasa
panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS
tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui
hubungan seksual; luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau
mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak; tonjolan kecil-kecil (papules)
disekitar alat kelamin; kemerahan di sekitar alat kelamin; pada pria, rasa
sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar; rasa sakit diperut bagian
bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi; bercak
darah setelah hubungan seksual; anus gatal atau iritasi; pembengkakan kelenjar
getah bening di selangkangan; nyeri di paha atau perut lebih rendah; pendarahan
pada vagina selain selama periode bulanan; nyeri atau pembengkakan testis; pembengkakan
atau kemerahan dari vagina; serta nyeri seks.
Adapun faktor resiko penyakit menular seksual antara lain, seks tanpa
pelindung, berganti-ganti pasangan, mulai aktif secara seksual pada usia dini, pengggunaan
alcohol, penyalahgunaan obat, pemakaian jarum suntik bersama-sama secara
bergantian, seks untuk uang/obat, hidup di masyarakat yang prevalensi pms-nya
tinggi, monogami serial, sudah terkena suatu pms, dan cuma pakai pil kb untuk
kontrasepsi.
Ada banyak jenis PMS yang telah ditemukan. Dan diantaranya
yang paling sering ditemui dan berbahaya adalah Gonorea (GO), Herpes Genital, Sifilis (Raja Singa), Klamidia, Trikomoniasis Vaginalis, Kandidadis Vagina, Kutil Kelamin, HIV/AIDS,
dan Hepatitis B (HBV).
Penanganan kasus PMS yang efektif ditujukan untuk mengobati
dan mencegah terjadinya penyebaran/penularan, mengurangi dan mencegah perilaku
beresiko tinggi mendatang, serta memastikan mitra seksual secara tepat. Hal ini
dilakukan dengan cara diagnosis yang tepat, pengobatan yang efektif, pendidikan
untuk mengurangi dan mencegah faktor resiko, dan pemakaian kondom.
TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Untuk mencegah seseorang (terutama para remaja) dari PMS,
informasi yang tepat harus diberikan sejak dini. Informasi yang diperlukan
tersebut dapat diperoleh melalui klinik-klinik kesehatan, sekolah, rumah sakit
swasta ataupun puskesmas. Jika seseorang telah mendapati gejala dari PMS,
sebaiknya secepatnya memeriksakan diri ke dokter. Biasanya para dokter akan
merahasiakan identitas pasiennya. Sesungguhnya ketakutan terhadap hal yang
belum tentu kebenarannya akan membuat kondisi seseorang lebih parah. Dengan
mengetahui dan memahami gejala PMS yang sebenarnya, penyembuhannya akan lebih
mudah dilakukan. Dengan semakin banyak mengetahui dan memahami akibat yang
ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat, mahasiswa diharapkan dapat
menjaga dirinya dari infeksi PMS. Selain itu, diharapkan akan muncul kesadaran
bahwa apapun yang dilakukan pasti akan menimbulkan konsekuensi, baik positif
maupun negatif, tergantung dari perbuatan yang dilakukan. Membatasi diri
terhadap pergaulan juga sesuatu yang harus dipertimbangkan. Mahasiswa
seyogyanya memegang teguh ajaran agama dan norma yang telah tertanam dalam
nuraninya dan masyarakat.
0 komentar :
Posting Komentar