About me

Kamis, 22 Maret 2012

PENYAKIT DAN KELAINAN PLASENTA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL). Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Namun sebelum membicarakan mengenai plasenta yang abnormal maka terlebih dahulu akan dibahas sedikit mengenai keadaan plasenta yang normal.

Bentuk dan Ukuran
1. Bentuk bundar/oval
2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gram
4. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali, disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
5. Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis
6. Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali pusat. Orion diliputi oleh amnion
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc – 7000 cc/menit (aterm)
Keadaan Plasenta
1. Pemukaan Maternal
a. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim
b. Warnanya merah tua
c. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi dalam beberapa belah yang disebut kotiledon
d. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon
Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus. Desidua basalis pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), di mana sirkulasi utero plasenter berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah. Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara osmosis dan alterasi fisiko-kimia.
2. Permukaan Fetal
Adalah permukaan menghadap kearah janin.
a. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingga kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang
b. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta
c. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis.
d. Terdiri dari korion frondosum dan vili
1.2  Tujuan Penulisan
Tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai Kelainan Placenta.

1.3.  Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Kelainan dan Penyakit Placenta


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Kelainan Bentuk Dan Bobot (Berat Plasenta)
1.      Kelainan ukuran dan bobot
·         Lebih berat dan besar sampai 1/3 berat badan janin dijumpai pada diabetes melitus dan sifilis.
·         Lebih kecil sampai 1/9 berat badan janin dijumpai pada penyakit jantung, ginjal, dan sebagainya.

2.      Kelainan bentuk dan variasi bentuk
·         Dengan beberapa lobus :
|  Plasenta dupleks
Plasenta bipatite atau dwilobus: Ada dua masa plasenta untuk janin tunggal, dengan pembuluh darah janin mengubungkan satu lobus dengan lobus yang lainsebelum menyatu pada tali pusat. Plasenta Dupleks Apabila plasenta sudah membentuk dua bagian dan pembuluh darah janin pada tiap-tiap lobus berbeda dari lobus-lobus lain.  
2accessorylobe6Bilobed
|  Plasenta tripartita, dsb
·         Plasenta fenestrata
Pada plasenta terdapat lubang atau jendela
Klinis : tidak menimbulkan kesulitan


·         Plasenta berbentuk cincin
Cincin jaringan plasenta, kadang-kadang disebut berbentuk sepatu kudu “Horse shoe plasenta”, yang dihubungkan dengan perdarahan antepartumdan postpartum, juga dihubungkan dengan PJT.
·         Plasenta membranacea
Pertumbuhan plasenta tipis dan melebar sehingga dapat menimbulkan gangguan tertentu, yaitu terjadi plasenta previa, dan sulit dapat melepaskan diri sehingga dapat terjadi perdarahan primeratau sekunder post partum dan retensio plasenta.
·         Plasenta anularis
 plasenta berbentuk cincin, sering dijumpai pada anjing
·         Plasenta suksentruriata  
Disamping satu plasenta biasa yang normal terdapat plasenta tambahan yang kecil dan dihubungkan dengan pembuluh darah.
 Klinis : Bila pada waktu persalinan, ada plasenta tambahan yang tertinggal maka dapat terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.
·         Plasenta spuria
Terdapat tambahan plasenta soliter tanpa ada hubungan dengan plasenta .
Klinis : dapat terjadi perdarahan karena tertinggal dalam rahim dan dapat pula menyebabkan infeksi
·         Plasenta marginata (sirkumvalata)
PLAC027pada pinggir plasenta dijumpai cincin yang putih akibat decidua vera masuk diantara selaput ketuban.  Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin. Selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah
|  Plasenta Sirkumvalata
Lempeng korionik (pada sisi janin) lebih besar daripada lempeng basal (pada sisi ibu). Pada bagian pusat sisi janin ada lekukan bagian tengah yang dikelilongi oleh cincin tebal, menonjoldan berwarna keabu-abuan (suatu lipatan rangkap korion dan amnion disertai degenerasi desidua dan fibrin)

|  7circumvallatePlasenta sirkummarginal
Jika cincin datar, hal ini terjadi di pinggir plasenta, juga terdiri atas decidua dan fibrinyang mengalami degenerasi.
Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan
·         Plasenta fenestrata
Bagian tengah plasenta tidak berbentuk sepeti diskus , meskipun lempeng koionik biasanya utuh.
·         Plasenta ekstrakhorial
Pada awal kehamilan, ketika vilikorionik mengalami regresi dari keseluruhan lempeng korionik , terlalu banyak regresii akan menyebabkan proliferasi vili sebagai kompensasinya. Plasenta ini dikaitkan dengan resiko terjadinya aborsi spontan yang lebih besar, perdarahan antepartum, perlahiran prematur, kematian pranatal, dan malformasi janin.

2.2.   Kelainan implantasi.
Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat fundus. Jonjot-jonjot menyerbu ke dalam dinding rahim hanya sampai lapisan atas dari stratum spongiosum.
Kalau implantasinya rendah, yaiut di segmen bawah rahim, disebut plasenta previa.
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta menutupi atau berada sangat dekat dengan ostium uteri internum. Keadaan ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Plasenta previa totalis: dimana ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis: dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: dimana bagian tepi dari plasenta berada di pinggir dari ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah: dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim, tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada didekatnya.
Plasenta acreta adalah bagian yang abnormal atau plasenta yang terikat pada dinding uterine. Pada placenta acreta meningkat secara langsung pada miometrium dengan desidua tidak sempurna atau tidak ada desidua diantaranya, bila chorionic vili memperpanjang kontak dengan miometrium dan benar-benar penetrasi ke dinding uterine, kondisi ini disebut placenta increta. Placenta percreta terjadi bila choronic vili menyerbu masuk dinding uterine pada lapisan serosa. Kondisi ini jarang terjadi komplikasi, jadi peningkatan kejadian placenta accreta bila wanita memiliki plasenta previa, sebelumnya pembedahan caesar, atau peningkatan MSAFP yang tidak dapat dijelaskan.
Bagian placenta accreta pertama terlihat sebagai hemorrhage kala ketiga akut dihasilkan dari pemisahan placenta sebagian. Diagnosis klinik dibuat bila pengikatan placenta ditemukan selama percobaan pengeluaran manual. Diagnosis pasti placenta acreta dibuat melalui pengujian mikroskopik. Plasenta acreta lengkap tidak memiliki tanda dan gejala karena tidak ada pemisahan bagian dan oleh karena itu, tidak ada hemorrrhage. Ini ditemukan selama percobaan pengeluaran manual retained placenta.
Placenta acreta adalah bencana obstetric . Tiap kecurigaan terjadinya retained placenta pada placenta acreta bidan segera melakukan panggilan emergency untuk konsultasi kepada dokter. Jika wanita tidak berada di rumah sakit, dia harus dikirim kerumah sakit segera dengan ambulance. Saat menunggu, bidan melakukan semua yang dapat membantu pasien untuk menjaga wanita dan mempersiapkannya untuk segera dilakukan pembedahan. Bagaimanapun juga tiap percobaan dibuat untuk pengeluaran placenta, ini hanya menyebabkan hemorrhage yang lebih besar dan mungkin robek atau inversi uterus. Dokter kemungkinan akan melakukan perawatan wanita dengan melakukan histerektomi emergency.

2.3.       Penyakit Plasenta
1.      17rb_infarctInfark Plasenta
Infark adalah jaringan putih keras berukuran kecil sampai beberapa cm2, baik pada permukaan maternal maupun pada permukaan fetal plasenta. Ada 3 jenis infark :
a.    Terdapat pada tepi atau dekat tepi plasenta yang dijumpai pada plasenta marginata dan plasenta sirkumvalata. Biasanya disebut “infark marginal”.
b.   Terdapat hanya pada permukaan fetal, yang tidak besar arti klinisnya, kecuali bila sangat luas.
c.    Infark yang lebih tebal dan meliputi sebagian atau seluruh plasenta. Adapula yang disebut “infark putih”, yaitu degenerasi bewarna putih, dan “infark merah”, merupakan hematoma intervili.
18pale_infarctInfark plasenta dimulai dengan terjadinya endateritis pembuluh-pembuluh darah vilus diikuti nekrosis. Kemudian darah membeku diruangan intervili dengan disertai penumpukan fibrin, lalu terjadilah infark. Adapula yang dimulai denagn endometritis pada decidua. Pengaruh infark terhadap kehamilan dan persalinan antara lain dapat menyebabkan tertinggalnya selaput ketuban, sisa plasenta atau terjadi retennsio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan, sehingga kadang-kadang memerlukan tindakan manual atau digital dan kuretase untuk mengeluarkan dan membersihkannya. Dapat juga terjadi hidrorea atau perdarahan antepartum, solusio plasenta, abortus, partus prematurus, perdarahn dan infeksi dan juga mengganggu pertumbuhan janin dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (small for date).

2.      Klasifikasi plasenta
Bila plasenta menjadi tua, tumbuhlah penimbunan kalsium pada lapisan atas decidua basalis, terutama ditempat sekitar tertanamnya villi, dan di tempat-tempat yang telah terjadi degenerasi fibrin. Secara klinis dampaknya tidak banyak.

3.      Tumor plasenta
a.                   Kista plasenta : kadang-kadang dijumpai kista kecil atau sedikit besar pada plasena yang berasal dari membran chorion biasanya pada permukaan fetal, dan didalamnya kadang-kadang dapat dijumpai blighted twin. Hal ini tidak berpengaruh secara klinis.
Fibrosum ;jarang dijumpai
Hemangioma atau korioangioma ; Massa fibrosa atau hemorrage bulat sempurna yang menonjol pada placenta bagian sisi janin. Pertumbuhan yang kecil umumnya asimtomatik sedangkan masa yang berukuran besar dikaitkan dengan hidramnion, prematuritas pada bayi, perdarahan antepartum dan perdarahan post partum.

4.      Plasenta dan Plasentitis atau korioamnionitis
Yaitu infeksi pada plasenta, korion, dan amnion yang disebabkan oleh pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang terutama saat intrapartum, partus lama, dan ketuban pecah dini dapat berakibat buruk pada janin dan persalinan, begitupula perhadap ibu.

5.      Disfungsi plasenta
Adalah ketidaksanggupan plasenta dalam mencukupi kebutuhan oksigenasi, zat-zat makanan, ekskresi, dan hormone bagi janin , sebagai akibatnya maka oksigenasi janin terganggu yang menimbulkan hipoksia, selain itu pemberian zat-zat makanan juga terganggu, akibatnya pertumbuhan janin menjadi terhalang (IUGR) maka berat badan lahir akan kecil (rendah) sampai 10% atau lebih dari yang seharusnya, disebut small for date. Akibat yang lebih buruk adalah terjadinya kematian janin dalam rahim (IUFD) , oleh karena itu pada kehamilan resiko tinggi yaitu pada diabetes melitus, hipertensi, pre eklampsi, penyakit ginjal, penyakit jantung, primi tua, perdarahan antepartum, kehamilan ganda, prematuritas, dan riwayat obstetri yang buruk maka keadaan janin harus dimonitor sebaik-baiiknya. Pada insufisiensi lasenta, monitor janin dilakukan dengan amnioskopi, penentuan kadar estriol dan HCG, pemeriksaan sistologik,  penentuan kadar histaminasedan fosfalanse denagn cara tersebut keselamatan janin diawasi, dan pada kehamlan 36 minggu ke atas bila terdapat gejala-gejala inofisiensi plasenta maka merupakan indikasi kuat untuk melakukan terminasi kehamilan.
 
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
A.    Kelainan Bentuk Dan Bobot (Berat Plasenta)
1.      Kelainan ukuran dan bobot
2.      Kelainan bentuk dan variasi bentuk
B.     Kelainan implantasi.
Plasenta akreta, jonjot menembus desidua sampai berhubungan dengan miometrium.
Plasenta inkreta, jonjot sampai ke dalam lapisan endometrium.
Plasenta perkreta, jonjot menembus miometrium sehingga mencapai perimetrium.
C.    Penyakit Plasenta
1.      Infark Plasenta
Infark adalah jaringan putih keras berukuran kecil sampai beberapa cm2, baik pada permukaan maternal maupun pada permukaan fetal plasenta
2.      Klasifikasi plasenta
Bila plasenta menjadi tua, tumbuhlah penimbunan kalsium pada lapisan atas decidua basalis, terutama ditempat sekitar tertanamnya villi, dan di tempat-tempat yang telah terjadi degenerasi fibrin. Secara klinis dampaknya tidak banyak.
3.      Tumor plasenta
Kista plasenta : kadang-kadang dijumpai kista kecil atau sedikit besar pada plasena yang berasal dari membran chorion biasanya pada permukaan fetal, dan didalamnya kadang-kadang dapat dijumpai blighted twin
4.      Plasenta dan Plasentitis atau korioamnionitis
Yaitu infeksi pada plasenta, korion, dan amnion yang disebabkan oleh pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang terutama saat intrapartum, partus lama, dan ketuban pecah dini dapat berakibat buruk pada janin dan persalinan, begitupula perhadap ibu.
5.      Disfungsi plasenta
Adalah ketidaksanggupan plasenta dalam mencukupi kebutuhan oksigenasi, zat-zat makanan, ekskresi, dan hormone bagi janin , sebagai akibatnya maka oksigenasi janin terganggu yang menimbulkan hipoksia


DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.
Mochtar, Rustan. 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta ; EGC.
Sholehah, KJLFA.2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rd.ed). Bandung ; Sekeloa Publisher.
Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta ; EGC
Wash, Linda. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta; EGC.



1 komentar :

anhari mengatakan...

terimakasih..izin saya ambil buat referensi paper yaa.. :)

Posting Komentar