About me

Kamis, 22 Maret 2012

obat hormonal

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh. Pada makalah ini akan dibahas memgenai obat hormonal.
Walaupun hormon merupakan zat yang disintesis oleh badan dalam keadaan normal,tidak berarti hormon bebas dari efek toksis/racun. Pemberian hormon eksogen / dari luar yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal dengan segala akibatnya.
Analog hormon adalah zat sintetis yang berkaitan dengan reseptor hormon. Analog hormon sangat mirip dengan hormon alami dan sering kali fungsi klinisnya lebih baik dari pada hormon alaminya sebab mempunyai beberapa sifat yang lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah hormon alami yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol adalah analog hormon yang masa kerjanya lebih panjang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri.
Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang.
Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).
Contoh efek hormon pada tubuh manusia:
*                 Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan  bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
*                 Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.
*                 Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ 
     seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).
Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut:
* Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan 
  triodtironin).
* Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen, aldosteron, dan 
  kortisol).
* Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon 
  pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH, TSH). 
Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis.
 
B.     Obat-Obatan Hormonal
1.      Obat-obat Anti Tiroid
Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar tiroid. Tetapi hipertiroid pada kehamilan hanya di obati dengan obat-obat antitiroid saja dan pengobatan dan dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis. Obat-obat tiroid akan melewati plasenta, tetapi hormon tiroidnya tidak, terapi sulih hormon yang menyekat tiroid akan membuat janin menjadi hipotiroid.
Obat-obat antitiroid dapat mensupresi produksi hormon tiroid janin dan menstimulasi produksi TSH yang menyebabkan gondok (goitre) pada janin serta hipotiroidisme. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada pemberian obat antitiroid dosis-tinggi.
Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
  1. Mempertahankan remisi pada strauma dengan tirotoksikkosis
  2. Mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
  3. Menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole, Karbimazol.
Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)
Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
Hipotiroidisme
Hipotirodisme diobati dengan terapi sulih hormon tiroksin. Jika pasien mendapatkan preparat tiroksin dengan dosis yang berlebihan, tanda dan gejala hipertiroidisme akan muncul. Tiroksin tidak melewati plasenta.  Dianjurkan untuk melakukan minimal satu kali TFT yang penuh dalam setiap trimester.
2.      Obat Yang Meningkatkan Kontraksi Uterus/Oksitosik
Kontraktilitas uterus dipengaruhi pleh sejumlah faktor fisiologis dan farmakologis. Sementara banyak obat bekerja dengan mempengaruhi otot polos uterus, obat-obat golongan oksitosik tertentu digunakan untuk penatalaksanaan medis persalinan khususnya untuk meningkatkan kontraktilitas uterus.
Obat Oksitosik
Obat-obat oksitosik banyak digunakan untuk induksi serta penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum, pengendalian perdarahn akibat abortus inkomplitus, dan penanganan aktif pada kala tiga persalinan. Obat-obat oksitosik yang digunakan di Inggris adalah prostaglandin E serta F, oksitosin dan ergometrin. Ergometrin bekerja pada regio internal miometrium, sedangkan oksitosin dan prostaglandin pada regio eksternal miometrium.
Prostaglandin
Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang seacra kimiawi saling berhubungan dan dibuat secara in vivo dari fosfolipid pada membran sel dalam pelbagai jaringan tubuh. Prostaglandin merupakan subtansi yang penting “hormon lokal”.
Prostaglandin sintetik yang diresepkan pada saat melahirkan ;
·         Dinoproston (PGE2) untuk pematangan serviks dan induksi persalinan biasanya diberikan per vaginam. Tinjauan tentang sejumlah hasil penelitian menunjukan bahwa periode waktu di antara induksi dan kelahiran dapat diperpendek dengan penggunaan prostaglandin (Dawood, 1995). Dinoproston dapat diberikan intravena pada kasus missed abortion atau mola hidatidosa.\
·         Carboprost(15 metil PGF2a, suatu derivat sintetik) untuk perdarahan postpartum diberikan lewat suntikan yang dalam. Biasanya preparat ini diberikan setelah preparat lain gagal menghentikan perdarahn, kendati carbopost dapat dijadikan obat pilihan jika pasien menderita hipertensi (Gulmezoglu,2000)
·         Gemeprost (analog PGE1) untuk membantu evakuasi uterus diberikan pervaginam.
·         Misoprostol (analog PGE1) telah digunakan untuk induksi serta penguatan persalinan dan untuk penatalaksanaan kala III persalinan. Namun demikian, tidak ada satupun di antara misoprostol oral atau intravaginal yang kini sudah mendapatkan lisensi untuk pemakaian dalam obstetrik, ketidakpastian masih terdapat sehubungan dengan takaran optimumnya, jalur pemberian, dan keamanannya.
Obat-obat golongan prostaglandin ini memfasilitasi kerja oksitosin dalam induksi persalinan dan dengan demikian akan mengurangi takaran oksitosin yang diperlukan.
Bagaimana tubuh menangani prostaglandin
Penggunaan preparat jeli atau pesarium prostaglandin per vaginam atau servikal akan mengurangi absorpsi sistemik dan efek sampingnya tetapi tidak menghilangkan sama sekali kedua hal tersebut.
Dinoproston bekerja dalam waktu sekitar 10menit sesudah praparat ini dimasukkan kedalam vagina. Kecepatan absorpsi lewat dinding vagina berbeda antara bentuk tablet dan jeli; bentuk jeli akan diserap lebih cepat daripada bentuk tablet. Dalam salah satu penelitian yang kecil, insersi prostaglandin dengan bentuk jeli perlu dilakukan beberapa kali bila dibandingkan bentuk pesariumnya. Pemberian intraservikal lebih besar kemungkinannya untuk bekefrja efektif dibandingkan pemberian intravaginal jika serviks berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan dengan skor bishop kurang dari tiga. Pemberian jeli dinoproston intraservikal harus dilakukan dengan hati-hati karena insersi jeli ini kedalam ruang ekstra-amnion dapat menyebabkan hiperstimulasi uterus.
Normalnya, inaktivasi prostaglandin terjadi pada tempat kerjanya. Jika prostaglandin memasuki sirkulasi darah yang biasanya hanya terjadi pada preparat prostaglandin sintetik, subtansi ini akan dibersihkan oleh paru-paru,hati dan ginjal.
Mistropol dapat dberikan per oral. Kontrasepsi puncak dalam plsama akan terlihat dalam waktu satu jam, tetapi onset aktivitas puncak uterus terjadi lima hingga enam jam kemudian.
Kerja dan efek samping prostaglandin
Prostaglandin bekerja pada seluruh reseptor prostaglandin yang berlainan. Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan pelbagai efek samping ;
·         Kontraksi otot-otot polos, uterus,  pembuluh darah, bronkiolus
·         Vasodilatasi dan hipotensi
·         Pireksia
·         Inflamasi
·         Sensitisasi terhadap rasa nyeri
·         Diuresis + kehilangan elektrolit
·         Efek pada sistem saraf pusat(tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi )
·         Pelepasan hormon hipofise, renin, dan steroid adrenal
·         Inhibisi respon sistem saraf otonom
·         Peningkatan tekanan intraokuler
Kontraindikasi dan kewaspadaan
Induksi persalinan dengan prostaglandin merupakan kontraindikasi jika sudah terdapat  ruptura membran amnion. Pemberian prostaglandin harus dilakukan dengan hati-hati pada setiap keadaan berikut ini yang cenderung menghalngi proses pelahiran per vaginam atau meruapakn prediposisi untuk terjadinya ruptura uteri.
·         Adanya riwayat sikatriks pada uterus-sikatriks yang vertikal merupakan kontraindikasi
·         Disproporsi sefalopelvic yang berat
·         Plasenta previa
·         Malpresentasi-khususnya letak lintang
·         Grand multipara (melahirkan anak 4x/lebih)
·         Kehamilan kembar
·         Riwayat melahirkan yang sulit atau traumatik, atau riwayat kontraksi uterus yang hipertonik
·         Polihidramnions atau oligohidramnion
Jika janin sudah tergangu, pemberian prostaglandin cenderung memperberat gangguan tersebut. Banyak penyakit maternal yang sedang dialami ibu akan mengalamai eksarbasi akut dengan pemberian prostglandin. Penyakit maternal ini meliputi ; penyakit jantung, kelainan paru-paru, penyakit asma, hipo- atau hipertensi, epilepsi, glaukoma atau kenaikan tekanan intraokuler, enyakit inflamasi pelvik yang akut dan herpes genetalis yang aktif. Disamping itu, ibu hamil dengan insufiensi hati atau ginajl tidak akan mampu untuk mengeliminasi prostglandin dengan kecepatan yang normal.. Pemberian prostaglandin harus dijaga oleh beberapa pembatasan, sebagai contoh, pabrik pembuatannya menyarankan pemberian hanya 2x saja dinoproston dalam bentuk tablet vaginal prostin E2R.
Penyimpanan
Preparat prgesteron parenteral harus selalu disimpan di dalam lemari es. Ada banyak dari produk ini yang memiliki waktu paruh yang singkat. Persyaratan yang sebenarnya antara pelbagi produk berbeda-beda dan bodan harus memelajari dahulu lembaran data dari pabrik pembuatannya yang tercantum untuk setiap preparat. Tabel misoprostol dapat disimpan di luar lemari es dan memiliki waktu penyimpanan yang lama
Interaksi
Oksitosin :
Jika dua jenis preparat stimulun uterus diberikan sekaligus, apat terjadi hiperstimulaso. Karena itu, oksitosin biasanya diberikan 6-12 jam setelah pemberian prostaglandin yang terakhir.
Aspirin dan obat-obat ani-inflamasi nonsteroid lainnya merupakan antagonis prostaglandin sehingga oemberiannya akan memperlambat atau memperpanjang proses persalinan. Parasetamol tidak berinteraksi denagn prostaglandin. Alkohol merupakan zat antagonis yang melawan kerja dinoproston.
3.      Obat Hormonal Oksitosin
Oksitosin sintetik
Oksitosin (syntocinon) dibuat untuk reproduksi bangunan dan kerja hormon yang alami.
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan-balik yang negatif. Ini berarti bahwa syntocinon antifisial tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus.
Bagaimana tubuh menangani oksitosin sintetik
Oksitosin dapat diberiakn sacara IM, IV, IC atau intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat infus IV. Oksitosin bekerja dalam waktu satu menit setelah pemberian IV, peningkatan konytraksi uterus dimulai hampir seketika, kemudian menjadi stabil selama 15-60 menit pemberian infus oksitosin dan setelah penghentian infus tersebut, kontraksi uterus masih berlangsung selama 20menit. Waktu paruh oksitosin berkisar 1-20 menit, kendati data-data farmaklologis yang lebih muktahir menunjukan angka 15menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40menit sesudah pemberiannya. Pemberian oksitosin sublingual dapat membantu memulai dan mempertahankan peranan klinisnya. Abrorpsi lewat jalur intranasal mungkin menyimpang sehingga preparat intranasal dianggap tidak efektif.
Efek Samping Oksitosin
Bila oksitosin sintetik ini diberikan, kerja fisiologis hormin ini akan bertambah sehingga dapat timbul efek samping yang potensila berbahaya. Efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
·      Stimulasi berlebihan pada uterus
·      Kontraksi pembuluh darah tali pusat
·      Kerja antidiuretik
·      Kerja pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)
·      Mual
·      Reaksi hipersensitivitas
Kewaspadaan dan kontraindikasi
·         Pemberian oksitosin merupakan kontraindikasi jiak uterus sudah berkontraksi dengan kuat atau bila terdapat obstruksi mekanis yang menghalangi kelahiran anak seperti plasenta previa atau disproporsi sefalo pelvik. Jika keadaan serviks masih belum siap, pematangan serviks harus dilakukan sebelum pemberian oksitosin.
·         Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetri rumah sakit, namun potensi oksitosin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan  pada ibu hamil dengan pre-eklampsia atau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun.
·         Pemberian infus oksitosin meruapakn kontraindikasi pada ibu hamil yang menghaapi resio karean melahirkan per vaginam, misalnya kasus dengan malpresentasi atau solusio plasenta atau denag resiko ruptur uteri yang tinggi. Pemebrian infus oksitosin yang terus-menerus pada kasus dengan resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
·         Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena stravasi atau pasoka darah yang tidak memadai, maka respon yang timbul terhadap pemberian oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberan oksitosin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih cenderung dijumpai pada persalinan yang lama
Penyimpanan Oksitosin
Harus di tempat yang tidak terkena cahaya dengan suhu diantara 4-220c, misalnya di dalam lemari es.
Interaksi Obat-oksitosin
Obat-obat vasopresor (simpatomimetik)
Jika oksitosin diberikan bersama preparat vasokontrikonstrokyor lainnya, maka akan terdapat bahaya peningkatan TD yang dapat menyebabkan serangan stroke. Keadaan ini dapat terjadi bila adrenain (efinefrin) ditambahkan pada obat anestesi lokal, misalnya pada anatesi blok kaudal atau jika efedrin diberikan untuk memperbaiki hipotensi yang ditimbulkan oleh anestesi epidural.. Ergometrin dan oksitosin bekerja secara sinergis dan kerapkali direspkan bersama dalam penatalaksanaan kala tiga persalinan. Obat-pbat anastesi inhalasi dapat menurunkan tekanan darahh atau menimbulkan disritmia jantung. Progesteron, estrigen jika diberikan lebih dari satu preparat yang meningkatkan kontraktilitas uters, stimulasi berlkebih uterus lebih cenderung terjadi.
Obat golongan opioid dan fenotiazin air dan hiponatrtemia merupakan masalah yang pemakaian kombinasi oksitosin, opioid, dan fenotiazin (mis.proklorperazin) dengan memperbesar bahaya akibat pemberan kombinasi obat-obat tersebut. Darah, plsama atau metabisulfit akan menghilangkan aktivitas oksitosin jika diberikan lewat set infus yang sama.
4.      Obat Hormonal Estrogen & Hormon Progesteron
Preparat estrogen
Contoh : - dietilstilbestrol
- Estradiol
- Etinil estradiol
Preparat progesteron
Contoh: - didrogesteron
- Mestranol
- Noretindron
- Etinodiol
Indikasi Estrogen
_ Kontrasepsi bersama progesteron
_ Antralgia
_ Mati haid (menopause)
_ Dismenore
_ Akne
_ Perdarahan rahim fungsional
_ Osteoporosis
Indikasi progesteron
_ Kontrasepsi bersama estrogen
_ Nyeri haid
_ Abortus yang mengancam
_ Perdarahan rahim fungsional
_ Endometriosis
Contoh Kontrasepsi oral:
_Microgynon
_Neugynon
_Nordette
_Exluton (ibu menyusui)
Contoh Kontrasepsi injeksi/suntik:
_Depo Provera _ 3 bulan sekali
_Noristerat _ 2 bulan sekali
Mekanisme kerja Estrogen
Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. Afinitas terhadap reseptor bervariasi dengan estrogen spesifik aktivasi kompleks steroid-reseptor memasuki nukleus dan berinteraksi dengan kromatin inti untuk memulai sintesa RNA hormon spesifik yang memerantarai sejumlah fungsi fisiologis.
Penggunaan Terapi Estrogen
- Untuk kontrasepsi
- Terapi hormon pasca menopouse.
- Osteoporosis : Estrogen menurunkan resorpsi tulang tetapi tidak mempunyai efek pada pembentukan tulang.
Farmakokinetik estrogen alamiah adalah mudah diabsorbsi melalui saluran pencernaan, kulit dan membran mukosa. cepat diabsorbsi juga bila intra muscular. Sebaliknya estrogen sintetik Misalnya etinil estradiol, mestranol mudah diabsorbsi setelah peroral, kulit, membran mukosa. Metabolisme lebih lambat dibanding estrogen alami. Disimpan dalam adiposa dan di lepaskan secara lambat.
Efek lebih lama dan potensi lebih tinggi dibanding estrogen alami.
Kontrasepsi (KB) dengan hormon estrogen
Estrogen sintetik yang dibuat untuk obat kontrasepsi (KB) merupakan agonis estrogen alamiah, dengan mekanisme kerja meningkatkan umpan balik negatif pada hipofisis sehingga produksi LH/FSH berkurang. Menurunnya produksi LH/FSH akan menghambat (ovarium tidak dapat dibuahi).
Kontrasepsi (KB) oral dan implant
Mekanisme kontrasepsi adalah mencegah ovulasi, mengganggu gametogenesis (pematangan gamet). Selain itu juga estrogen memberikan umpan balik pada pelepasan LH dan FSH jadi menghambat ovulasi dan progestin merangsang perdarahan normal pada akhir siklus haid.
Golongan utama kontrasepsi (KB) oral
Pil Kombinasi :
Kombinasi estrogen (etinilestradiol dan mestranol) dan progestin. Dimana estrogen menekan ovulasi dan progestin menyebabkan mukus serviks tidak dapat dipenetrasi oleh sperma. 21 hari dosis rendah estrogen dan progestin dosis terus meningkat dan periode 7 hari periode putus obat untuk menginduksi haid.
Pil Progestin :
Noretindron dan norgestrel, melepaskan pil dosis rendah secara kontinyu.
efek samping : haid ireguler dan kemungkinan hamil.
Implant Progestin :
Levonorgestrel kapsul subdermal sebesar korek api di subkutan lengan atas, lebih efektif
efek samping : haid ireguler dan nyeri kepala.
Kontrasepsi Pasca Senggama :
Estrogen dosis tinggi (etinilestradiol dan dietilstilbestrol) diberikan dalam waktu 72 jam pasca senggama dan dilanjutkan 2x1 selama 5 hari. 2 dosis etinil estradiol ditambah norgestrel diberikan dalam waktu 72 jam pasca senggama, lanjut 2 dosis lain 12 jam kemudian. Dosis tunggal Mifepriston.
Golongan Progestin
Terdapat beberapa senyawa sintetik yang berefek progestogenik dan beberapa diantaranya juga berefek androgenik atau estrogenik yang disebut golongan progestin.
Secara kimia, progesteron dibagi menjadi 2 kelompok:
  1. Derivat progesteron: hidroksiprogesteron, medroksiprogesteron, megestrol, dan didrogesteron.
  2. Derivat testosteron: noretisteron, tibolon, norgestrel, linestrenol, desogestrel, gestoden dan alilestrenol.
Semua zat ini memiliki efek androgen kecuali Alilestrenol. Linestrenol, Noretisteron dan Tibolon berefek estrogen. Norgestrel, Desogestrel dan Gestoden memiliki efek antiestrogen yang kuat, begitu juga dengan Noretisteron, Linestrenol, Megestrol dan Medroksiprogesteron tetapi lebih lemah.
Progesteron memiliki khasiat sebagai berikut:
  1. Kontrasepsi. Beberapa derivat progestin sering dikombinasikan dengan derivat estrogen untuk kontrasepsi oral.
  2. Disfungsi perdarahan rahim. Perdarahan rahim akibat gangguan keseimbangan estrogen dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara lain perdarahan rahim fungsional. Untuk menghentikan perdarahan yang berlebihan dan pengaturan siklus hadi dapat diberikan progestin oral dosis besar.
  3. Nyeri haid. Pemberian kombinasi estrogen dengan progestin diindikasikan untuk nyeri haid yang tidak dapat diatasi dengan estrogen saja.
  4. Endometriosis. Penyebab nyeri hebat pada endometriosis belum jelas diketahui tapi dapat diberikan noretindron.
Jenis-Jenis Penghambat Gonad
Penghambat gonad merupakan suatu senyawa atau jenis obat yang digunakan untuk menghambat hormon kelamin.meliputi:
a.       Anti Estrogen
Antiestrogen adalah senyawa yang mampu meniadakan sebagian atau seluruh kerja dari estrogen. Adapun jenis antiestrogen meliputi:
  • KLONIFEN
Klonifen suatu antiestrogen bersifat antagonis murni pada semua jaringan. Pada jaringan klonifen terikat pada ligand/ dinding tockhet akan menghambat aktifitas glikoprotein dari beberapa penelitian telah terbukti bahwa klonifen dapat meningkatkan amplitido sekresi LH dan FSH tanpa mempengaruhi sekresinya yang umumnya bersifat pulsatif. Ini menandakan bahwa klonifen bekerja pada hipofisis anterior untuk menghambat umpan balik terhadap sekresi gonadotropin. Karena preparat ini di indikasikan untuk infertilitas wanita. Pada pria pernah di gunakan juga tetapi, penggunaan klinik untuk infertilitas pria masih membutuhkan banyak uji klinik.
Pemberian klonifen sitrat oral akan segera di absorbsi pada saluran cerna, metabolismenya di hepar masa paruhnya panjang serkitar 5-7 hari.
Dosis untuk infertilitas wanita adalah 1-2 kali 50 mg di mulai pada hari ke 5 perdarahan haid selama 7 hari.
Efek samping yang sering timbul pada pemakaian jangka panjang kista ovarium, rasa kembung, mual, muntah, gangguan penglihatan, dan sakit kepala.
Efek samping akan menghilang bila pemakaian di hentikan. Efek samping yang timbul pada pria yaitu mual, sakit kepala, gangguan penglihatan, dan gangguan tubulus seminiferus.
Mekanisme kerja Klomifen yaitu menyebabkan bertambahnya pembebasan hormon GnRH dengan mempengaruhi umpan balik estrogen pada hipotalamus dan hipofisis akibat blokade reseptor sehingga LH/FSH yang dibutuhkan untuk menstimulasi pematangan ovarium tinggi terus. Nama dagang: Profertil, Provula, Ofertil,dll.
  • TAMOKSIFEN
Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari inti stilden seperti dietil stilbestrol. Tamoksifen berefek anti – estogenik di kelenjar mamae dan agonis estrogen ditulan dan endometrium. Tamoksifen mengantagonis estrogen di reseptor jaringan. Pada wanita premenopause yang sehat dapat menurunkan kadar prolaktin mungkin karena meniadakan efek hambatan estrogen terhadap prolaktin di hipofisis.
Di klinik di gunakan sebagai terapi ajupan kanker mamae stadiuym awal atau lanjut.
Efek samping antara lain mual, trombosis, dan dapat meningkatkan resiko kanker endometrium. Tamoksifen berpengaruh pada Pertumbuhan payudara normal dirangsang oleh estrogen,sehingga pada kanker payudara. Peningkatan/penurunan estrogen dapat memicu terjadinya kanker payudara.
Mekanisme kerja Tamoksifen (Obat Antiestrogen) adalah bersaing untuk mengikat reseptor estrogen  dan digunakan untuk pengobatan kanker payudara yang telah lanjut pada wanita pasca menopause.
Indikasi : pengobatan kanker payudara.
  • RALOKSIFEN
Raloksifen merupakan hormon nonsteroid yang bekerja sebagai agonis dan antagonis. Variasi efek ini di duga karena adanya variasi reseptor estrogen dan jumlahnya di jaringan yang berbeda bersifat antagonis estrogen di jaringan uterus dan kelenjar mamae karena adanya rantai samping.
Efek samping penggunaan obat ini, gangguan saluran cerna, hipersensifitas, dan gangguan reaksi kulit.
b.       Antiprogestin
Fungsi progestin adalah dalam perkembangan sekresi endometrium, sehingga dapat menampung implantasi embrio yang baru terbentuk. Dan fungsi untuk mengurangi kontraksi. Macam-macam antiprogestin;
  • MIFERISTON
Miferiston adalah salah satu obat antiprogesti (antagonis progestin) dengan aktivitas agonis parsial. Kegunaan miferiston untuk kontrasepsi sebulan sekali selama fase pertengahan luteal siklus haid jika progesteron normal tinggi. Dan digunakan pada abortus tidak lengkap sehingga jika diberikan pada awal kehamilan menyebabkan abortus.
Efek samping miferiston adalah perdarahan uterus dan abortus tak lengkap sehingga diberikan misoprostol oral setelah pemberian dosis tunggal oral mifepriston, efektif mengakhiri kehamilan.
Mekanisme kerja Miferiston adalah memblokir reseptor progestin sehingga progestin tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam perkembangan endometrium dan mengurangi kontraksi uterus. Jadi Miferiston dapat menghambat perkambangan endometrium dan meningkatkan kontraksi uterus.
c.       Antiandrogen
Antiandrogen menghambat kerja hormonal laki-Laki dengan mempengaruhi sintesa androgen atau menghambat reseptornya.misalnya, pada dosis tinggi, antifungal, ketokonazol menghambat beberapa enzim sitokrom P-450 yang terlibat dalam sintesa steroid. Finasterid sepeti steroid yang baru2 ini disetujui untuk pengobatan hipertrofi prostat jinak (BPH) menghambat 5-α-reduktase mengakibatkan pegurangan ukuran prostat. Selain itu siproteron untuk pengobatan hirsutisme pada perempuan dan flutamid untuk karsinoma prostat pada pria.
5.       Obat Diabetes Melitus
Insulin ( eksogen )
Insulin hanya di produksi oleh sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas . Hormon ini di sekresikan ke dalam vena porta hepatik dan dengan demikian bekerja langsung pada hati. Efek ini tidak tercapai ketika insulin disuntikkan di bagian perifer tubuh. Pada orang sehat sekitar 50% insulin tubuh di sekresikan pada basal metabolik rate, sementara sisanya di keluarkan sebagai respon terhadap makanan.
Berbagai jenis preparat insulin kini ada di pasaran dan sudah di gunakan. Takarannya di titrasi menurut kebutuhan masing-masing pasien untuk mencapai konsentrasi glukosa darah yang normal (normoglikemia). Takarnnya berkisar dari 0,2 unit/kg BB/hari bagi pasien diabetes yang sangat sehat hingga 2,0 unit/kg BB/hari pada pasien yang obese(Davis & Granner, 1996). Preparat insulin memiliki kisaran terapeutik yang sempit, pasien diabetes harus mengendalikan pemakaian insulinnya antara takaran yang dapat menimbulkan hipoglikemia dan takaran yang menyebabkan hiperglikemia sehingga terdapar risiko komplikasi jangka panjang. 
Kerja Insulin
Insulin bekerja pada hidrat arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolic sehingga gula, lemak dan asam-asam amino dapat disimpan serta tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula dan asam-asam amino tidak dapat masuk kedalam sel sehimgga insur-unsur gizi tersebut tetap berada di dalam plasma. Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa, kolesterol serta lemak. Sebagian nutrient pada akhirnya akan hilang pada urin.
Preparat Insulin
Sebagian besar pasian diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat human insulin. Pada tiga tipe preparat lama insulin yaitu : tipe kerja-singkat (short acting), -sedang (intermediate acting), dan – lama (long acting). Preparat insulin yang baru diperkenalkan, insulin lispro dan insulin aspart, bekrja lebih cepat dan lebih cepat(transien) dibandingkan dengan preparat insulin kerja –singkat (short –acting). Preparata ini memungkinkan pasien untuk menyuntik dirinya sendiri sesaat sebelum makan, dan bukannya 30 menit sebelum makan(Rang et al, 1999). Sebagian besar pasien diabetes mendapatkan kombinasi preparat insulin dalam upaya untuk meniru pola fisiologis sekresi insulin. Suntikan dengan pen injectior memungkinkan preparat insulin yang berdaya larut disuntikan 30 menit sebelum makan (makan pagi, siang dan malam) plus suntikan terpisah preparat insulin intermediat sebelum tidur malam. Jika di kombinasikan dengan tindakan pemantauan yang frekuen. Cara pemberian insulin seperti ini sangat cocok bagi kehamilan (Nachum et al, 1999). Pada kehamilan, kebutuhan preparat insulin short-acting biasanya meningkat. Keseimbangan antara preparat short-dan intermediat –acting mungkin harus diatur kembali sehingga preparat campuran(premixed) tidak cocok bagi kehamilan.
Efek samping insulin
Hipoglikemia
Efek samping insulin yang paling penting adalah hipoglikemia. Serangan hipoglikemia merupakan keadaan yang berbahaya dan jika berulang-ulang, dapat menimbulkan kerusakan otak pada ibu dan neonatus. Hipoglikemia menyebabkan kehilangan kesadaran yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
Antibodi terhadap insulin
Produksi antibodi insulin akan dikurangi (tidak dihilangkan) oleh pemberian preparat human insulin. Antibodi akan menunda dan mengurangi kerja insulin sehingga diperlukan pemberian insulin dengan dosis yang lebih tinggi. Pembentukan antibodi dapat terjadi pada pemberian preparat insulin dari babi (porcine insulin), tetapi penggantian preparat ini dengan human insulin dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesadaran hipoglikemia. Antibodi insulin dapat melintasi plasenta dan merusak pankreas janin. Karena itu pada kehamilan preparat biasanya direkomendasikan preparat human insulin.
Reaksi setempat
Iritasi di tempat suntikan dapat diatasi dengan krim antihistamin. Baik lipoatropy maupun lipohipertrophy menyebabkan absorpsi insulin yang tidak teratur. Hipotensi postural yang dapat terjadi karena neuropati otonom diabetic akan mengalami eksaserbasi pada pemberian insulin.
Interaksi obat dengan insulin
·         Interaksi obat dapat menaikkan atau menurunkan konsentrasi glukosa darah.
·         Diabetes mempersulit penanganan partus prematurus. Pemberian preparat agonis beta 2 seperti ritodrin merupakan tindakan yang berbahaya. Paru-paru janin kemungkunan masih belum mengalami maturasi kendati pemberian steroid secara dramatis akan meningkatkan kebutuhan ibu terhadap insulin
·         Nikotin mengurangi absorpsi insulin dengan menyebabkan vasokontriksi
·         Kesadaran hipoglikemia akan hilang pada penberian preparat penyekat beta
Bagimana tubuh menangani insulin
Insulin memiliki waktu paruh yang singkat, yaitu hanya 5 menit. Hormon ini tidak melintasi plasenta. Sebagian besar pasien diabetes menyuntikan sendiri preparat insulinnya dengan suntikan subcutan. Jumlah insulin yang diserap bergantung pada tempat dan metode pemberian. Karena itu, pola rotasi tempat suntikan yang konsisten harus dipertahankan.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat penurun kadar glukosa pada darah, bukan hormon insulin yang diberikan secara oral. Jenis OHO, terbagi dalam 3 kelompok:
  1. Obat yang meningkatkan produksi insulin.
  2. Obat yang memperbaiki kerja insulin
  3. Penghambat enzim alfa glukosidase
1.   Obat yang meningkatkan produksi insulin.
  • Sulfonilurea, Repaglinid, Nateglinid
  • Bekerja pada sel beta pankreas
2.   Obat yang memperbaiki kerja insulin
  • Biguanid (metformin) , Cocok pada penderita gemuk : menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan.
  • Tiazolinedion (glitazone), memperbaiki kadar glukosa darah, juga menurunkan  kadar trigliserida dan asam lemak bebas.
3.   Penghambat enzim alfa glukosidase
  • Contoh : akarbose, hambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus, menurunkan kadar glukosa darah setelah makan.
  • ESO : kembung, buang angin dan diare. Efektif dikonsumsi bersama dengan makanan
Terapi
*      minum larutan gula
*      Jika penderita diabetes mellitus mengalami glikemia, maka harus segera mendapatkan penanganan yang memadai. Sebagai langkah awal, apabila penderita masih sadar (kesadaran pasien cukup baik), dapat diberikan makanan/minuman yang mengandung karbohidrat/manis (misalnya larutan gula atau kue). Bila pasien tidak sadar, diberikan infuse dekstrosa 50%. Yang penting inti penangan hipoglikemia adalah cepat dan tepat. Supaya kadar glukosa darah segera naik.
4.      Obat Hormon Kortikosteroid
Obat-obat golongan kortikosteroid banyak digunakan dalam penatalaksanaan persalinan yang prematur. Untuk bayi-bayi prematur yang lahir dalam waktu tujuh hari sesudah pemberian obat tokolitik, preparat kortikosteroid dapat mengurangi insidens sindrom gawat napas neonatus, perdarahan intraventikuler dan kematian neonatus. Baik deksametason maupun betametason direspekan untuk keperluan tersebut. Betametason merupakan preparat steroid yang lebih poten dan penggunaannya akan disertai dengan lebih banyak efek sampingnya pada ibu kendati bagi bayinya yang lebih aman.
Pemberian Kortikosteroid
Penyuntikan IM dapat disertai dengan insidens perdarahan intraventrikuler dan sepsis yang lebih rendah bila dibandimgkan dengan pemberian peroral. Dekametason dan betametason dapat melintasi plasenta dengan mudah. Pengangkutan kedua obat tersebut ke dalam tubuh janin berlamgsung cepat, dan beberapa keuntungan dapat dihasilkan sekalipun kelahirean bayi terjadi dalam waktu 12jam susudah penyuntikannya.
Salah satu program terapi yang paling sering dilakukan adalah pemberian deksametason sebanyak 4 kali 6 minggu melalui penyuntikan IM setiap 12 jam sekali yang harus dimulai sedapat mungkin 24 jam sebelum melahirkan. Cara terapi ini akan tetap memberikan hasil efektif selama 7-10 hari. 
Kerja Kortikosteroid dan efek sampingnya
Deksametason dan betametason nekerja sebagai preparat steroid endogen. Keadaan ini akan menggambarkan kerja kedua obat tersebut dan efek sampingnya.
Efek samping cenderung timbul dengan cepat :
·         Masalah kardiovaskuler
·         Gangguan metabolik-hiperglikemia
·         Masalah sistem saraf pusat
Efek samping yang cenderung timbul dalam jangka waktu yang lebih lama :
·         Kerja anti-inflamasi-infeksi
·         Gangguan metabolik
·         Supresi adrenal
Interaksi dengan kortikosteroid
Retensi cairan akan bertambah nayata jika terapi steroid dilakukan bersama denagn asupan natrium yang tinggi yang bisa diberikan peroral atau lewat  caran infus.
Edema paru pernah terjadi setelah pemberian deksametason bersama ritodrin (McKenry & Salerno, 1998 )
Hipokalemia merupakan bahaya yang khusus, jika kortikosteroid diberikan bersama dengan preparat agonis adrenoresptor beta2 (ritodrin), teofilin, aminofilin, digitalis atau dengan preparat duretik, kombinasi obat-obat ini dapat diresepkan oleh dokter dalam pelaksanaan terapi tokolisis atau penanganan serangan asma yang akut.
Untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan tsb, diajukan minimal 6 prinsip terapi yang perlu diperhatikan sebelum obat digunakan:
  1. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and error, dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit,
  2. Suatu dosis tunggal kortiksteroid umumnya tidak berbahaya,
  3. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dosis sangat besar,
  4. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu/lebih hingga dosis melebihi dosis substitusi, insidens efek samping dan efek lethal potensial akan bertambah. Awasi dan sadari risio pengaruhnya terhadap metabolisme terutama bila gejala terkait muncul misalnya diabetes resistensi insulin, osteoporosis, lambatnya penyembuhan luka,
  5. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan terapi kausal melainkan hanya paliatif saja,
  6. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan mengancam jiwa.

1 komentar :

Posting Komentar