About me

Kamis, 22 Maret 2012

Distosia Bahu

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insiden distosia bahu sebesar 0,2 - 0,3 5 dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum atau di sekitar spina ischiadika, dan memberi ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki PAP, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian, kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putarah paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi anatara bahu posterior dengan kepala (turtle sign).

KOMPLIKASI
Komplikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang (klavikula dan humerus), cedera pleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak. Dislokasi tulang servikaslis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan putaran pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada umunya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila di diagnosis dan diterapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis akan membaik dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapt terjadi pada 50 % kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah  peradarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi, ataupun atonia uteri.

FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN
Belum ada cara untuk memasttikan akan terjadinya distosia bahu pada suatu persalinan. Meskipun sebagian besar distosia bahu dapat ditolong tanpa morbiditas, tetapi apabila terjadi komplikasi dapat menimbulkan kekecewaan dan adanya potensi tuntutan terhadap penolong persalinan. Untuk mengurangi resiko morbiditas pada bayi dan mencegah terjadinya tuntutan, penolong persalinan perli mengidentifikasi faktor resiko terjadinya dstosia nahu dan mengkomunikasikan apa yang terjadi pada ibu sertta keluarganya.
Bayi cukup bulan pada umumnya memiliki ukuran bahu yang lebih leba dari kepalanya, sehingga mempunyai resiko terjsdinys distosia bahu.
Adanya DOPE (diabetes,obisity , prolonged pergnancy, excessive fetal size or maternal weight gain).
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara :
  • tawarkan ntuk dilakukan bedah sesae pada kehamilan vaginal beresiko tinggi , janin luar biasa besar ( > 5  kg), janin sangat besar (4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4) dengan riwayatdistosia bahu sebelumnya , kala II yang memanjang dengan janin besar.
  • identifikasi dan obati diabetes pada ibu
  • selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
  • Kenali adanya distosia sedini mungkin.
  • Waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia dilahirkan.

Diagnosa
  • kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertanam dan tidak dapat dilahirkan
  • kepala bayi sudah lahir, tetapi menekan vulvca dengan kencing
  •  dagu tertarik dan menekan perineum
  • traksi pada kepala bahu tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap bertahan menolongnya di kranial simpisis pubis.

0 komentar :

Posting Komentar