About me

Selasa, 08 Oktober 2013

Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)



Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)
A.    Pengertian
Asuhan kehamilan adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawihardjo, 2010). Asuhan kehamilan adalah pelayanan kebidanan pada ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mendapatkan asuhan sesuai standar yang ditetapkan. Dalam hal ini bidan sesuai kewenangannya yang tertuang dalam Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. ANC ini dapat diberikan diberbagai tatanan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, bidan praktik manditi juga di komunitas (posyandu, pondok bersalin desa, dan di rumah) (Kusumahati, 2010).
Perawatan pranatal adalah program antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu terhadap penatalaksanaan medis dan psikososial yang secara optimal dimulai sebelum konsepsi dan berlangsung selama  periode antepartum (Lenovo, 2009).

B.     Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan dari asuhan kehamilan (ANC) adalah :
1)   Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
2)   Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3)   Mendeteksi dini adanya penyimpangan dari keadaan normal atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
4)   Mempersiapkan persalinan, melahirkan dengan selamat, meminimalkan trauma baik bagi ibu maupun bayinya.
5)   Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6)   Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1)   Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2)   Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3)   Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4)   Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi.
5)   Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6)   Menghindarkan gangguaan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. (Prawihardjo, 2010)

C.      Catatan Pranatal 
Pemakaian rekam medis pranatal yang baku sangat mempermudah penatalaksanaan antepartum dan intrapartum. Terdapat beberapa definisi relevan untuk membuat rekam medis pranatal yang akurat :
a.         Primipara : Seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih telah mencapai viabilitas. Oleh karena itu, berakhirnya setiap kehamilan melewati tahap abortus , memberikan paritas pada ibu.
b.         Multipara : seorang wanita yang telah menyelesiakan dua atau lebih kehamilan hingga viabilitias. Hal yang menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika wanita yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih rendah jika janin (-janin) nya lahir mati.
c.         Nuligravida : Seorang wanita yang belum pernah dan sekarang sedang tidak hamil.
d.        Gravida : Seorang wanita yang sedang atau telah hamil, tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Dengan terjadinya kehamilan pertamaa, ia menjadi primigravida, dan dengan kehamilan berikutnya menjadi multigravida.
e.         Nulipara : Seorang wanita yang belum pernah mencapai kehamilan melewati tahap abortus. Ia mungkin pernah hamil mungkin juga tidak, atau mungkin pernah mengalami abortus spontan atau elektif.
f.          Parturien : Seorang wanita dalam persalinan.
g.         Puerpera : Seorang wanita yang baru melahirkan.

Konsep Pemeriksaan Kehamilan



1.        Anamnesis
Anamnesis pada asuhan antenatal bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan keluhan yang dirasakan ibu. Kunjungan pertama merupakan kesempatan untuk membuat ibu merasa nyaman berbicara tentang dirinya. Bila ia merasa malu dalam membicarakan tentang dirinya maka akan sulit di peroleh informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan kehamilannya. Rasa nyaman pada ibu dapat ditumbuhkan bila :
a.        Pemeriksaan di tempat tertutup bersifat pribadi dan kerahasian terjaga.
b.        Apa yang dikatakannya diperhatikan dengan baik.
c.        Pertanyaan di jawab dengan baik.
d.        Ibu di perlakukan dengan penuh rasa hormat.

Komponen penting dalam riwayat pada kunjungan antenatal pertama :
1.   Biodata
a.  Menyambut ibu dan seorang yang menemani ibu.
b.  Memperkenalkan diri pada ibu.
c.  Menanyakan nama ibu dan usia ibu.
2.   Riwayat Kehamilan Sekarang
a.   HPHT dan apakah normal dan dapat menentukan TP (Taksiran Persalinan).
Bila dihitung dari hari pertama haid terakhir diketahui, maka taksiran persalinan menurut neagle :
TP = HARI+7, BULAN-3, TAHUN+1
Jika bulan pada HPHT tidak dapat dikurangi 3 maka rumusnya menjadi hari +7, bulan +9 (Kusumahati,2010).
b.   Gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi).
c.   Tanda - tanda bahaya atau penyulit, antara lain :
1).      Perdarahan.
2).      Nyeri kepala yang hebat atau berulang.
3).      Gangguan penglihatan.
4).      Bengkak pada tangan dan wajah.
5).      Nyeri hebat pada ulu hati.
6).      Janin tidak bergerak seperti biasanya. Bila ada salah satu tanda bahaya tersebut, Ibu hamil harus segera di rujuk.
7).      Keluhan - keluhan lazim yang terjadi pada kehamilan.
8).      Penggunaan obat - obatan (termasuk jamu).
9).      Khawatiran - khawatiran lain yang dirasakan.
              Riwayat kehamilan yang sekarang membantu bidan untuk dapat menentukan umur kehamilan yang tepat.
     Setelah bidan mengetahui umur kehamilan ibu, bidan memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang bisa terjadi dan dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan baik.
3.   Riwayat Kehamilan yang lalu
a.   Jumlah kehamilan, jumlah anak lahir yang hidup,jumlah kelahiran premature, jumlah keguguran dan jenis persalinan dengan tindakan seperti operasi, Caesar, forsep,vakum.
b.   Riwayat perdarahan pada persalinan atau pascapersalinan.
c.   Kehamilan dengan tekanan darah tinggi.
d.   Berat bayi kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000gram.
e.   Masalah- masalah lain.
Riwayat kehamilan yang lalu membantu bidan mengelola asuhan antenatal (konseling khusus, test, tindak lanjut dan rencana persalinan).
4.   Riwayat kesehatan / penyakit yang di derita sekarang dan lalu seperti : masalah kardiovaskuler, hypertensi, diabetes, malaria, penyakit kelamin / HIV / AIDS, penyakit ginjal, penyakit asma, imunisasi TT.
Riwayat kesehatan yang sekarang dan lalu membantu bidan mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir.
5.   Riwayat Sosial Ekonomi meliputi      :
a.   Status perkawinan.
b.   Respon ibu dan keluarga.
c.   Dukungan keluarga.
d.   Pengambilan keputusan dalam keluarga.
e.   Gizi yang di konsumsi dan kebiasaan makan.
f.    Kebiasaan hidup sehat meliputi: kebiasaan meroko, minum-minuman keras mengkonsumsi obat terlarang.
g.   Beban kerja dan kegiatan sehari - hari.
h.   Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan.
Riwayat sosial ekonomi ibu dapat membantu beban mengetahui sistem dukungan terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga sehingga bidan dapat membantu ibu merencanakan persalinannya dengan baik.
2.        Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin, serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan berapa umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat, janin hidup dengan baik, tinggi fundus sesuai dengan umur kehamilan dan letak janin. Pemeriksaan fisik meliputi:
a.   Tanda - tanda Vital
1)        Mengukur tinggi dan berat badan.
2)        Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
b.   Kepala dan Leher
1)        Memeriksa apakah terjadi oedema pada wajah.
2)        Memeriksa apakah mata : pucat pada kelopak bagian bawah dan warna kuning pada skera.
3)        Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa gigi.
4)        Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui :
pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan vena jugularis.
c.   Payudara
1)        Bentuk, ukuran dan simetris atau tidak.
2)        Puting payudara menonjol atau masuk kedalam.
3)        Adanya kolostrum atau cairan lain.
4)        Adanya benjolan abnormal atau tidak.
5)        Adanya nyeri tekan.
6)        Adanya retraksi.
7)        Adanya massa dan pembuluh limfe yang membesar.
d.   Abdomen
1)            Memeriksa apakah ada bekas operasi.
2)            Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan jari tangan (kalau < 20 minggu) atau pita ukur (kalau > 22minggu).
3)            Melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui letak, presentasi posisi dan penurunan kepala. Pemeriksaan Leopold diantaranya ;
a.         Leopold I : bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus. Langkahnya :
1.        Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
2.        Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri
3.        Meraba bagian apa yang ada di fundus. Jika teraba bulat, melenting, mudah digerakan, maka itu kepala. Namun jika teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting dan susah digerakkan, maka itu adalah bokong janin.
b.         Leopold II : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan atau kiri ibu. Langkahnya :
1.        Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
2.        Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri ke arah kanan.
3.        Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan rasakan bagian apa yang ada disebelah kanan. Jika teraba benda yang rata, tidak teraba bagian bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol, maka itu adalah bagian kecil janin.
c.         Leopold III : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus.
1.        Tangan kiri menahan fundus uteri
2.        Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba bagian yang bulat, melenting, keras dan dapat digoyangkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba nagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakan, maka ini adalah bokong. Jika di bagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
3.        Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
4.        Tangan kanan meraba bagian bawah. Jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, berarti kepala sudah masuk panggul. Namun jika tidak digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul, lalu lanjutkan pada pemeriksaan leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.
d.        Leopold IV : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. Langkahnya :
1.        Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil.
2.        Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah.
3.        Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanan di bagian bawah.
4.        Jika kedua tangan convergent (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk panggul.
5.        Jika kedua tangan divergent (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul.
4)            Mengukur denyut jantung janin (dengan fetoskop bila > 18 minggu).
5)            Adakah kontraksi.
6)            Ring Bandle.
7)            Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ).
Rumus 1 : ( Ukuran TFU – 13 ) x 155
Jika bagian terbawah belum masuk PAB.
( Ukuran TFU – 11 ) x 155
Jika bagian terbawah sudah masuk PAP.
Rumus 2 : ( Ukuran TFU – 13 ) x 135
( Ukuran TFU – 11 ) x 135
(Kusumahati, 2010)
e.   Tangan dan Kaki
1)            Memeriksa apakah tangan dan kaki oedema dan pucat
pada kuku kaki.
2)            Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya
varises.
3)            Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hypo atau hyper.
f.    Panggul
1)   Genitalia Luar
a)        Memeriksa labia mayora dan memeriksa labia minora, kemudian klitoris, lubang uretra dan vagina introitus untukn melihat adanya: tukak atau luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau).
b)        Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk mengeluarkan cairan nanah dan darah.
c)        Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui adanya : pembengkakan, massa atau kista dan cairan.
2)   Pemeriksaan Bimanual
a)        Mencari letak servik dan merasakan untuk mengetahui : ukuran bentuk dan posisi, mobilisasi, kelunakan, dan massa.
b)        Menggunakan kedua tangan (satu tangan diatas abdomen, dua jari didalam vagina).
g.   Tes Laboratorium
1)   Urine : Protein, glukosa
2)   Darah : Hemoglobin, golongan darah (Manuaba, 2012).

F.         Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal
Biasanya waktu pemeriksaan pranatal berikutnya dijadwalkan pada interval 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga umur kehamilan 36 minggu, dan setelah itu setiap minggu. ( Leveno, 2009)
Bila Kehamilan termasuk resiko tinggi jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun bila kehamilan normal, jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu, dan  sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu ( Prawihardjo, 2010).
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat  mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia (Prawihardo, 2010).