Vaksin Pentabio merupakan vaksin pentavalent produksi Bio Farma yang
akan digunakan pemerintah dalam program imunisasi rutin. Untuk diawal
akan dipergunakan di 4 provinsi yaitu DIY, NTT, Bali, dan Jawa Barat.
Vaksin Pentabio merupakan vaksin kombinasi dari lima macam
antigen. Yakni difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B (HB) dan Hib
(Haemophylus Influenzae Type B).Vaksin ini berupa cairan dan
diberikan dalam bentuk suntikan intramuskuler. Pentabio sendiri
diperuntukkan bagi bayi berusia dua bulan dan diberikan tiga dosis
sehingga bayi hanya disuntik tiga kali dengan interval waktu minimal
satu bulan. Sebelum disatukan, vaksin DPT, Hib, dan hepatitis B,
masing-masing diberikan empat kali sehingga bayi menerima suntikan 12
kali.
Jadi vaksin baru ini dapat mengurangi tingkat kesakitan
bayi, penggunaan jarum suntik lebih efisien, dan dalam satu kali suntik
lima antigen masuk dalam tubuh. Pentabio ini dibeli pemerintah dan
masyarakat bisa mendapatkannya dengan gratis serta dicanangkan menjadi
imunisasi wajib.
Vaksin Pentabio sangat berguna untuk
merangsang tubuh bayi memproduksi kekebalan terhadap lima antigen.
Dengan demikian, bayi dapat terlindungi dari infeksi alamiah terhadap
difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B dan Hib.
Sumber : berbagai sumber
Minggu, 10 November 2013
Selasa, 08 Oktober 2013
Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)
Asuhan
Kehamilan (Antenatal Care)
A.
Pengertian
Asuhan kehamilan
adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawihardjo,
2010). Asuhan kehamilan adalah pelayanan kebidanan pada ibu hamil yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mendapatkan asuhan sesuai standar yang
ditetapkan. Dalam hal ini bidan sesuai kewenangannya yang tertuang dalam
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan. ANC ini dapat diberikan diberbagai tatanan pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, bidan praktik manditi juga di komunitas
(posyandu, pondok bersalin desa, dan di rumah) (Kusumahati, 2010).
Perawatan pranatal
adalah program antepartum komprehensif yang melibatkan pendekatan terpadu
terhadap penatalaksanaan medis dan psikososial yang secara optimal dimulai
sebelum konsepsi dan berlangsung selama
periode antepartum (Lenovo, 2009).
B.
Tujuan
Asuhan Kehamilan
Tujuan
dari asuhan kehamilan (ANC) adalah :
1)
Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
2)
Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3)
Mendeteksi
dini adanya penyimpangan dari keadaan normal atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil.
4)
Mempersiapkan
persalinan, melahirkan dengan selamat, meminimalkan trauma baik bagi ibu maupun
bayinya.
5)
Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6)
Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara optimal.
Ada 6 alasan
penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1)
Membangun
rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2)
Mengupayakan
terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
3)
Memperoleh
informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.
4)
Mengidentifikasi
dan menata laksana kehamilan resiko tinggi.
5)
Memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan
merawat bayi.
6)
Menghindarkan
gangguaan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya. (Prawihardjo, 2010)
C.
Catatan Pranatal
Pemakaian rekam
medis pranatal yang baku sangat mempermudah penatalaksanaan antepartum dan
intrapartum. Terdapat beberapa definisi relevan untuk membuat rekam medis
pranatal yang akurat :
a.
Primipara
: Seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih telah
mencapai viabilitas. Oleh karena itu, berakhirnya setiap kehamilan melewati
tahap abortus , memberikan paritas pada ibu.
b.
Multipara
: seorang wanita yang telah menyelesiakan dua atau lebih kehamilan hingga
viabilitias. Hal yang menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai
viabilitas, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika
wanita yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar, atau janin kembar
lima, juga tidak lebih rendah jika janin (-janin) nya lahir mati.
c.
Nuligravida
: Seorang wanita yang belum pernah dan sekarang sedang tidak hamil.
d.
Gravida
: Seorang wanita yang sedang atau telah hamil, tanpa memandang hasil akhir
kehamilan. Dengan terjadinya kehamilan pertamaa, ia menjadi primigravida, dan
dengan kehamilan berikutnya menjadi multigravida.
e.
Nulipara
: Seorang wanita yang belum pernah mencapai kehamilan melewati tahap abortus.
Ia mungkin pernah hamil mungkin juga tidak, atau mungkin pernah mengalami
abortus spontan atau elektif.
f.
Parturien
: Seorang wanita dalam persalinan.
g.
Puerpera
: Seorang wanita yang baru melahirkan.
Konsep Pemeriksaan Kehamilan
1.
Anamnesis
Anamnesis pada
asuhan antenatal bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan keluhan yang
dirasakan ibu. Kunjungan pertama merupakan kesempatan untuk membuat ibu merasa
nyaman berbicara tentang dirinya. Bila ia merasa malu dalam membicarakan
tentang dirinya maka akan sulit di peroleh informasi yang dibutuhkan sehubungan
dengan kehamilannya. Rasa nyaman pada ibu dapat ditumbuhkan bila :
a. Pemeriksaan di tempat tertutup bersifat pribadi dan
kerahasian terjaga.
b. Apa yang dikatakannya diperhatikan dengan baik.
c. Pertanyaan di jawab dengan baik.
d.
Ibu di perlakukan dengan penuh rasa hormat.
Komponen penting dalam riwayat pada kunjungan antenatal pertama :
1.
Biodata
a. Menyambut ibu dan seorang yang
menemani ibu.
b. Memperkenalkan diri pada ibu.
c. Menanyakan nama ibu dan usia ibu.
2.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
a. HPHT dan apakah normal dan dapat menentukan TP
(Taksiran Persalinan).
Bila dihitung dari
hari pertama haid terakhir diketahui, maka taksiran persalinan menurut neagle :
TP =
HARI+7, BULAN-3, TAHUN+1
Jika bulan pada HPHT tidak dapat dikurangi 3
maka rumusnya menjadi hari +7, bulan +9 (Kusumahati,2010).
b. Gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada
perubahan yang terjadi).
c. Tanda - tanda bahaya atau penyulit, antara lain :
1).
Perdarahan.
2).
Nyeri kepala yang hebat atau berulang.
3).
Gangguan penglihatan.
4).
Bengkak pada tangan dan wajah.
5).
Nyeri hebat pada ulu hati.
6).
Janin tidak bergerak seperti biasanya. Bila ada salah satu tanda bahaya
tersebut, Ibu hamil harus segera di rujuk.
7).
Keluhan - keluhan lazim yang terjadi pada kehamilan.
8).
Penggunaan obat - obatan (termasuk jamu).
9).
Khawatiran - khawatiran lain yang dirasakan.
Riwayat kehamilan yang
sekarang membantu bidan untuk dapat menentukan umur kehamilan yang tepat.
Setelah bidan mengetahui umur
kehamilan ibu, bidan memberikan konseling tentang keluhan kehamilan yang bisa
terjadi dan dapat mendeteksi adanya komplikasi dengan baik.
3. Riwayat Kehamilan yang lalu
a. Jumlah kehamilan, jumlah anak lahir yang
hidup,jumlah kelahiran premature, jumlah keguguran dan jenis persalinan dengan
tindakan seperti operasi, Caesar,
forsep,vakum.
b. Riwayat perdarahan pada persalinan atau
pascapersalinan.
c. Kehamilan dengan tekanan darah tinggi.
d. Berat bayi kurang dari 2500 gram atau lebih dari
4000gram.
e. Masalah- masalah lain.
Riwayat kehamilan yang lalu membantu bidan mengelola asuhan antenatal
(konseling khusus, test, tindak lanjut dan rencana persalinan).
4. Riwayat kesehatan / penyakit yang di derita sekarang dan lalu seperti :
masalah kardiovaskuler, hypertensi, diabetes, malaria, penyakit kelamin / HIV /
AIDS, penyakit ginjal, penyakit asma, imunisasi TT.
Riwayat kesehatan yang sekarang dan lalu membantu bidan mengidentifikasi
kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir.
5. Riwayat Sosial Ekonomi meliputi :
a. Status perkawinan.
b. Respon ibu dan keluarga.
c. Dukungan keluarga.
d. Pengambilan keputusan dalam keluarga.
e. Gizi yang di konsumsi dan kebiasaan makan.
f.
Kebiasaan hidup sehat meliputi: kebiasaan meroko, minum-minuman keras
mengkonsumsi obat terlarang.
g. Beban kerja dan kegiatan sehari - hari.
h. Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk
membantu persalinan.
Riwayat
sosial ekonomi ibu dapat membantu beban mengetahui sistem dukungan terhadap ibu
dan pengambilan keputusan dalam keluarga sehingga bidan dapat membantu ibu
merencanakan persalinannya dengan baik.
2.
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin,
serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya.
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan berapa umur kehamilannya. Pada setiap
pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat,
janin hidup dengan baik, tinggi fundus sesuai dengan umur kehamilan dan letak
janin. Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Tanda - tanda Vital
1)
Mengukur tinggi dan berat badan.
2)
Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
b. Kepala dan Leher
1)
Memeriksa apakah terjadi oedema pada wajah.
2)
Memeriksa apakah mata : pucat pada kelopak bagian bawah dan warna kuning
pada skera.
3)
Memeriksa apakah rahang pucat dan memeriksa gigi.
4)
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui :
pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan vena jugularis.
pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan vena jugularis.
c. Payudara
1)
Bentuk, ukuran dan simetris atau tidak.
2)
Puting payudara menonjol atau masuk kedalam.
3)
Adanya kolostrum atau cairan lain.
4)
Adanya benjolan abnormal atau tidak.
5)
Adanya nyeri tekan.
6)
Adanya retraksi.
7)
Adanya massa dan pembuluh limfe yang membesar.
d. Abdomen
1)
Memeriksa apakah ada bekas operasi.
2)
Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan jari tangan (kalau < 20 minggu)
atau pita ukur (kalau > 22minggu).
3)
Melakukan palpasi pada abdomen untuk mengetahui letak, presentasi posisi
dan penurunan kepala. Pemeriksaan Leopold diantaranya ;
a.
Leopold
I : bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus.
Langkahnya :
1.
Pemeriksa
menghadap kearah muka ibu hamil
2.
Kedua
tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri
3.
Meraba
bagian apa yang ada di fundus. Jika teraba bulat, melenting, mudah digerakan,
maka itu kepala. Namun jika teraba bulat, besar, lunak, tidak melenting dan
susah digerakkan, maka itu adalah bokong janin.
b.
Leopold
II : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan atau
kiri ibu. Langkahnya :
1.
Kedua
tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
2.
Ketika
memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri ke arah
kanan.
3.
Raba
perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan rasakan bagian apa yang ada
disebelah kanan. Jika teraba benda yang rata, tidak teraba bagian bagian kecil,
terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba
bagian-bagian yang kecil dan menonjol, maka itu adalah bagian kecil janin.
c.
Leopold
III : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus.
1.
Tangan
kiri menahan fundus uteri
2.
Tangan
kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba bagian yang
bulat, melenting, keras dan dapat digoyangkan, maka itu adalah kepala. Namun
jika teraba nagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakan, maka ini
adalah bokong. Jika di bagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti
diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
3.
Pada
letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan
bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement
(pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7
bulan).
4.
Tangan
kanan meraba bagian bawah. Jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah
digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, berarti kepala sudah masuk
panggul. Namun jika tidak digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul, lalu
lanjutkan pada pemeriksaan leopold IV untuk mengetahui seberapa jauh kepala
sudah masuk panggul.
d.
Leopold
IV : bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah dan untuk
mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. Langkahnya :
1.
Pemeriksa
menghadap kearah kaki ibu hamil.
2.
Kedua
tangan meraba bagian janin yang ada di bawah.
3.
Jika
teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanan di
bagian bawah.
4.
Jika
kedua tangan convergent (dapat saling
bertemu) berarti kepala belum masuk panggul.
5.
Jika
kedua tangan divergent (tidak saling
bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul.
4)
Mengukur denyut jantung janin (dengan fetoskop
bila > 18 minggu).
5)
Adakah kontraksi.
6)
Ring Bandle.
7)
Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ).
Rumus 1 : ( Ukuran TFU – 13 ) x 155
Jika bagian terbawah belum masuk PAB.
( Ukuran TFU – 11 ) x 155
Jika
bagian terbawah sudah masuk PAP.
Rumus 2
: ( Ukuran TFU – 13 ) x 135
(
Ukuran TFU – 11 ) x 135
(Kusumahati, 2010)
e. Tangan dan Kaki
1)
Memeriksa apakah tangan dan kaki oedema dan pucat
pada kuku kaki.
pada kuku kaki.
2)
Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya
varises.
varises.
3)
Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hypo atau hyper.
gerakan hypo atau hyper.
f.
Panggul
1) Genitalia Luar
a)
Memeriksa labia mayora dan memeriksa labia minora, kemudian klitoris,
lubang uretra dan vagina introitus untukn melihat adanya: tukak atau luka,
varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah, bau).
b)
Mengurut uretra dan pembuluh skene untuk mengeluarkan cairan nanah dan
darah.
c)
Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini
untuk mengetahui adanya : pembengkakan, massa atau kista dan cairan.
2) Pemeriksaan Bimanual
a)
Mencari letak servik dan merasakan untuk mengetahui : ukuran bentuk dan
posisi, mobilisasi, kelunakan, dan massa.
b)
Menggunakan kedua tangan (satu tangan diatas abdomen, dua jari didalam
vagina).
g. Tes Laboratorium
1) Urine : Protein, glukosa
2)
Darah : Hemoglobin, golongan darah (Manuaba,
2012).
F.
Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal
Biasanya waktu pemeriksaan pranatal berikutnya dijadwalkan pada interval
4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga umur
kehamilan 36 minggu, dan setelah itu setiap minggu. ( Leveno, 2009)
Bila Kehamilan termasuk resiko tinggi jadwal kunjungan harus lebih
ketat. Namun bila kehamilan normal, jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam
bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode
angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang
lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali
kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal
selama kehamilan 28-36 minggu, dan
sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu
( Prawihardjo, 2010).
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada
tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau
gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan.
Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan anatomik dan fisiologik
kehamilan. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan
menggunakan berbagai metode yang tersedia (Prawihardo, 2010).
Langganan:
Postingan
(
Atom
)